31 Agustus 2010

Satu Cinta

Satu Cinta
Dalam Kebenaran
Kesaksian
MARTHA “CONNIE” CONSTANTIA
Dituliskan M. Jadul Maula
Undang - undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 2:
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang - undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 72:
1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
i
Satu Cinta
Dalam Kebenaran
Kesaksian
MARTHA “CONNIE” CONSTANTIA
Dituliskan oleh M. Jadul Maula
ii
Satu Cinta Dalam Kebenaran
@ Martha “Connie” Constantia
Diterbitkan pertama kali oleh .... tahun 2010
KPG 123-45-67-8910
Perancang Sampul
KKMOZ
Penaletak
KKMOZ
Martha “Connie” Constantia
Satu Cinta Dalam Kebenaran
Jakarta; KKMOZ (Kreasi Kayona Mozaic), 2009
xiv + XXX hlm.; 13cm x 19cm
ISBN-12: 345-678-10-1112-1
Dicetak oleh PT Kayonna Kreasi Mozaic, Jakarta.
Isi di luar tanggungjawab percetakan
iii
iv
Daftar Isi
Kata Pengantar :Pergulatan Rohani dan
Kebudayaan: Jalan yang Senantiasa Terbuka......................... v
Karena Cinta........................................................................... 1
Bertahan Hidup….................................................................. 8
Ingin Menyambung Hidup…................................................. 19
Gilakah Aku?........................................................................... 30
Isa Al-Masih Hadir….............................................................. 39
Pembaharuan Imanku............................................................ 55
Terlahir Kembali..................................................................... 73
Pesan KeEsaan ALLAH.......................................................... 85
Pesan Kesatuan Manusia......................................................... 103
Beda-Tetap-Satu...................................................................... 113
Kesaksian Sahabat dan Handai Taulan................................... 117
Kata Pengantar
Pergulatan Rohani dan Kebudayaan:
Jalan yang Senantiasa Terbuka
Indro Suprobo
Pergulatan sejarah kekristenan itu seratus prosen merupakan pergulatan sejarah kebudayaan. Kekristenan dilahirkan, disusui, disapih, dan diasuh serta dibesarkan oleh kebudayaan jamannya. Pada gilirannya, kekristenan juga membentuk dan menyumbang sesuatu bagi kebudayaan. Maka tidak mengherankan apabila bentuk dan ekspresi kekristenan yang meliputi ajaran, struktur kelembagaan, bentuk ritual dan simbol-simbol yang digunakan, sangat diwarnai oleh kebudayaan-kebudayaan yang membentuknya.
Pemahaman dan penghayatan Yesus akan Allah sebagai Bapa juga merupakan warisan kebudayaan sebelumnya. Sejak dalam jaman Perjanjian Lama, jaman sebelum Yesus historis itu lahir, Allah disebut sebagai Bapa bagi umat Israel. Sebaliknya, dalam kerangka pemahaman dan penghayatan itu, umat Israel disebut sebagai anak-anak Allah. Pada masa hidupnya, Yesus mewarisi pemahaman dan penghayatan itu. Ini merupakan warisan rohani dari
Indro Suprobo adalah aktivis sosial tinggal di Yogyakarta
v
kebudayaan sebelumnya. Kepada orang-orang sejaman yang mengalami kekhawatiran dan kedosaan, Yesus menunjukkan keluasan dan kedalaman kebapaan ilahi ini terhadap semua manusia, sehingga semua manusia adalah anak-anak Allah. Dalam pemahaman semacam ini, kebapaan Allah tidak dipahami sebagai bapak dalam keluarga yang memiliki istri dan melahirkan anak-anak melalui istrinya, melainkan kebapaan dalam pengertian kepenuhan kasih dan kelembutan. Oleh karena itu, seluruh perbincangan tentang pemahaman Allah sebagai Bapa yang ditempatkan dalam pemahaman relasi biologis, menjadi sangat kehilangan konteksnya dan sangat tidak tepat. Kebapaan Allah dalam warisan rohani kebudayaan Israel ini merupakan peristilahan spiritual-mistik yang bersifat konotatif dan deskriptif.
Demikian pula pemahaman dan penghayatan tentang anak-anak Allah. Ini merupakan warisan rohani dari kebudayaan Israel yang semestinya tidak diterangkan dalam relasi biologis karena merupakan peristilahan spiritual-mistik yang bersifat konotatif dan deskriptif. Pada masa hidupnya, Yesus menyebut semua orang yang beriman sebagai anak-anak Allah.
Dalam konteks kebudayaan semacam itulah kiranya manusia Yesus itu semestinya ditempatkan. Dalam kebudayaan semacam itu, Yesus sebagai seorang pribadi juga bergulat secara rohani, memiliki keprihatinan dan pertanyaan mendalam tentang kondisi manusia pada jamannya, menemukan jawaban-jawaban dari warisan rohani kebudayaannya dan melakukan gerakan serta tindakan konkret di tengah masyarakatnya. Berulang kali, kepada manusia sejamannya, Yesus menyebut Allah dengan panggilan yang sebagian merupakan warisan kebudayaan,
vi
sebagian lagi merupakan sumbangan baru dari dirinya yakni : Bapaku. Ada penekanan relasi rohani yang lebih intim dan personal. Namun demikian, penekanan relasi keintiman dan personal ini tidak bersifat eksklusif karena ia juga menyatakan kepada orang-orang terdekatnya bahwa Allah adalah Bapamu.
Dari sini sangatlah jelas kelihatan dan sangatlah mudah diakui bahwa Yesus, yang mewarisi nilai-nilai rohani dari kebudayaan sebelumnya sekaligus pembaharu rohani pada jamannya yang menekankan keintiman relasi personal dengan Allah dan menuntut perwujudan nyata relasi personal dengan Allah itu dalam struktur sosial masyarakat, adalah manusia beriman dan bertauhid yang berjuang mewujudnyatakan iman dan ketauhidan itu dalam konteks sosial masyarakat pada jamannya.
Yesus dalam kesaksian Kitab Suci Kristen
Seluruh kitab suci kristen, terutama kitab suci Perjanjian Baru yang merupakan kesaksian jemaat kristen tentang diri pribadi Yesus, merupakan kumpulan kitab yang masing-masing ditulis oleh para pujangga, diedit oleh para editor, diseleksi oleh komunitas, dan dikonstruksi sesuai dengan konteks audience, kepada siapa tulisan kesaksian itu ditujukan. Masing-masing penulis berasal dari kurun waktu yang berbeda. Para audience yang menjadi sasaran tulisan itu juga berasal dari konteks waktu dan kebudayaan yang berbeda. Para penulis kitab itu juga menggunakan sumber-sumber penulisan (referensi) yang beragam, meskipun beberapa di antaranya berasal dari sumber tulisan yang sama, namun keseluruhannya diolah kembali oleh masing-masing
vii
penulis sesuai dengan kerangka teologinya. Boleh dikatakan, masing-masing penulis itu memiliki “tesis” sendiri-sendiri tentang siapakah Yesus itu. Konteks audience yang menjadi sasaran penulisan itu sangatlah mempengaruhi bagaimana “tesis” tentang Yesus itu dibentuk. Tidaklah mengherankan apabila di dalam seluruh kitab suci Perjanjian Baru terdapat banyak ragam cara pandang tentang Yesus. Bagaimanapun keragaman dan perbedaan cara pandang teologis tentang Yesus itu, semua penulis dan tulisan tentang Yesus merupakan kesaksian yang kaya tentang sebuah pengalaman bahwa Yesus merupakan seorang pribadi yang memiliki peran istimewa dan penting bagi kehidupan jemaat tersebut.
Kesaksian tentang Yesus dalam pergulatan kebudayaan kemudian
Kesaksian jemaat kristen tentang peran istimewa dan peran penting pribadi Yesus bagi kehidupan mereka, pada perkembangan jaman kemudian berhadapan dengan tantangan-tantangan baru yang berasal dari kebudayaan-kebudayaan baru, di mana kekristenan mulai menyebar dan bersinggungan. Salah satu warna kebudayaan yang relatif dominan memberikan tantangan bagi kesaksian jemaat kristen tentang peran istimewa dan peran penting Yesus adalah kebudayaan Yunani. Pertemuan dengan kebudayaan Yunani ini merupakan fase pergumulan rohani dan kebudayaan yang berbeda dengan kekristenan pada masa awalnya, yakni kekristenan dalam kebudayaan Yahudi. Perjumpaan dengan kebudayaan Yunani ini menjadikan ekspresi kekristenan mengalami perubahan-perubahan meskipun di sana-sini masih tetap terdapat tegangan untuk mempertahankan kebudayaan sebelumnya.
viii
Pergulatan kekristenan dalam perjumpaan dengan kebudayaan-kebudayaan baru kemudian, menimbulkan banyak perbedaan pandangan tentang banyak hal: tentang Allah, tentang Yesus, tentang relasi antara Allah dan Yesus, tentang status Yesus sebagai anak Allah dan kaitannya dengan Allah sebagai Bapa yang berimplikasi kepada munculnya pertanyaan: kalau demikian Yesus itu manusia atau Allah. Ada banyak jawaban yang muncul dari satu pertanyaan ini dan seluruh keragaman jawaban itu kiranya masih tetap bertahan sampai sekarang, meskipun barangkali ada beberapa jawaban yang menjadi relatif dominan karena faktor-faktor yang menyebabkannya, salah satunya adalah faktor politik.
Salah satu rumus ajaran iman kekristenan yang muncul dalam pergulatan kebudayaan jaman ini adalah tritunggal mahakudus. Rumus ini secara garis besar hendak menjelaskan siapakah Yesus dalam relasinya dengan Allah yang disebut Bapa, dalam relasinya dengan Roh Kudus, dan terutama dalam kaitannya dengan peran penyelamatan bagi umat manusia. Rumus ajaran tritunggal ini merupakan salah satu mainstream jawaban yang muncul dari pergulatan rohani dan kebudayaan masa itu, namun pantaslah dipahami bahwa rumus ini bukanlah satu-satunya jawaban yang ada dan berkembang. Ada beragam jawaban lain yang karena berbagai macam faktor tetap bertahan namun tidak menjadi jawaban mainstream atau pemenang. Oleh karena itu, pada kenyataannya, kekristenan tidaklah satu warna, melainkan berwarna-warni. Kenyataan keragaman ini kiranya merupakan kenyataan yang baik, karena menjadi celah bagi bukti bahwa kekristenan sebagai sebuah pergulatan kebudayaan bukanlah sesuatu yang serba sempurna dan
ix
merangkum segala kebenaran. Kebenaran-kebenaran yang ada padanya merupakan kebenaran yang relatif dan senantiasa terbuka serta merupakan kebenaran yang rendah hati, yakni kebenaran yang senantiasa terus mencari penyempurnaan sebagaimana tercantum dalam salah satu dictum : ecclesia semper reformanda (Gereja [atau lebih luas lagi kekristenan] senantiasa pantas disempurnakan).
Munculnya rumus ajaran tritunggal ini sifatnya relatif, yakni sangat terkait dengan kebudayaan pendukungnya. Pantaslah dijamin bahwa rumus trinitas ini sangat mungkin tidak akan muncul dan berkembang apabila kekristenan tidak berziarah terlebih dahulu ke wilayah kebudayaan Yunani melainkan berkunjung langsung ke wilayah kebudayaan lain yang kondisinya sangat berbeda dari kebudayaan Yunani. Barangkali rumusan iman kristen akan berbeda dan tidak muncul rumus tritunggal itu apabila kekristenan pada masa itu langsung berziarah dan berkembang di wilayah kebudayaan Arab, Yaman, atau India.
Pergumulan perumusan tentang Yesus, terutama pergumulan dalam memberikan jawaban atas pertanyaan apakah Yesus itu manusia ataukah Allah, sebenarnya dapat dirunut dari penggunaan istilah atau gelar Kurios bagi Yesus. Gelar ini dalam kebanyakan terjemahan bahasa Indonesia secara penuh resiko diterjemahkan dengan istilah Tuhan. Namun sebenarnya, gelar Kurios ini lebih tepat diterjemahkan dengan istilah Tuan, yang menunjuk kepada gelar manusiawi namun memiliki kewibawaan yang luar biasa dari banyak sisi kehidupannya. Dalam surat-menyurat, gelar ini digunakan untuk menunjuk kepada pemahaman seperti “yang terkasih”, “yang terhormat”, atau “yang baik”. Dengan demikian gelar ini sungguh nyata merupakan gelar
x
manusiawi dalam kebudayaan. Jelaslah bahwa gelar itu tidak sama dan setara dengan istilah Allah. Dalam terjemahan bahasa Inggris terdapat perbedaan antara Lord (Kurios) dengan God (The almighty). Dalam bahasa Jawa, terjemahan itu menjadi lebih mudah dipahami yakni gusti. Penyebutan Gusti Yesus senantiasa dibedakan secara tegas dengan penggunaan penyebutan Gusti Allah. Yesus dibedakan dari Allah. Sayang sekali, terjemahan bahasa Indonesia memang cenderung menimbulkan kekacauan karena menggunakan istilah Tuhan dan tidak menggunakan istilah Tuan. Kekacauan sangat mungkin timbul karena istilah Tuhan dalam bahasa Indonesia cenderung menunjuk kepada Allah (God) dan bukan kepada Tuan (Lord).
Dalam konteks kebudayaan pendukungnya, istilah-istilah seperti kurios, tu(h)an atau anak Allah sebenarnya dapat diterapkan sebagai gelar kepada siapapun yang memang memiliki kualitas kewibawaan, kedekatan hubungan dalam kasih, kehormatan dan sebagainya. Istilah itu bisa dikenakan kepada para nabi, raja, maupun pribadi-pribadi unggul dan berkualitas lainnya.
Kalau demikian duduk perkaranya, sebenarnya tidak perlu risau apabila Yesus (atau Isa atau Iesu), Abraham atau Ibrahim, para nabi pada masa itu, dan Muhammad SAW digolongkan sebagai anak-anak Allah, para kekasih Allah, junjungan manusia sejaman, menjadi Lord atau Tu(h)an bagi kaumnya dan para pengikut berikutnya. Mereka semua tidak pernah menjadi ALLAH meskipun diangkat sebagai Lord atau Tu(h)an atau Gusti atau Junjungan oleh manusia yang menghormati dan mencintainya. Kenyataannya, ada banyak orang yang mengalami kerisauan tentang hal ini dan
xi
bergulat mencari berbagai macam dasar keyakinan untuk memberikan jawaban.
Pengalaman dan pergulatan Connie sepantasnya ditempatkan dalam konteks ini. Ia adalah pribadi kristen yang biasa dan tidak terlalu akrab bergaul dengan studi-studi kitab suci, sejarah terbentuknya teks, sejarah kebudayaan yang mempengaruhi pergulatan iman kristen dan sebagainya, sehingga memiliki goncangan yang hebat ketika berhadapan dengan pengalaman rohani yang menawarkan suatu pemahaman spiritual tentang siapakah Yesus. Baginya, tawaran pemahaman spiritual bahwa Yesus adalah manusia dan bukan Allah, merupakan suatu tamparan hebat atas pemahaman dogmatiknya tentang Yesus selama ini, sehingga menimbulkan keraguan, ketakutan, serta protes dari dalam dirinya sendiri.
Sebenarnya, dalam mayoritas naskah kitab suci Kristen, terutama naskah Perjanjian Baru, sangat jelas dan gamblang bahwa Yesus itu sendiri merupakan manusia beriman yang bertauhid, karena Yesus merupakan seorang pribadi yang bertumbuh dan berkembang dalam kebudayaan Yahudi yang sangat monotheistik atau bertauhid. Seluruh gelar yang dikenakan kepadanya sudah semestinya ditempatkan dalam konteks dan fungsi kulturalnya yang luas. Salah satu komunitas jemaat kristen yang tetap mengembangkan dan mempertahankan pandangan ketauhidan Yesus ini adalah jemaat kristen Tauhid (Unitarian Church). Jemaat kristen ini berkembang secara subur juga di wilayah Indonesia dan tidak pernah dianggap sebagai sempalan atau kelompok sesat oleh komunitas kristen yang lain, meskipun jemaat ini tidak memiliki dan tidak mengakui rumus tritunggal dalam ajaran pokoknya. Jemaat ini bertumbuh subur dan menyumbangkan
xii
banyak kebaikan dalam spiritualitas maupun gerakan sosial. Perbedaan keyakinan dan pandangan tentang Yesus dalam kekristenan, mengakui rumus tritunggal ataukah tidak mengakuinya, tidak perlu menjadi landasan bagi pertikaian apalagi bagi kekerasan antar manusia. Perbedaan itu adalah produk nyata dari pergulatan kebudayaan, jadi sifatnya sangat relatif. Yang paling penting dari semua itu adalah, apakah rumus itu memiliki fungsi operatif bagi pertumbuhan kemanusiaan, keadilan, saling hormat, perdamaian, solidaritas dan perlawanan terhadap segala bentuk ketidakadilan dan penindasan.
Pergulatan kekristenan yang seratus prosen merupakan pergulatan kebudayaan dalam upaya merumuskan peran dan fungsi istimewa Yesus bagi jemaat dan umat manusia, merupakan pergulatan yang belum selesai dan senantiasa terbuka. Pergulatan rohani seorang Connie adalah bagian kecil dari keseluruhan pergulatan kekristenan dan kebudayaan yang masih terus berlangsung dan belum berhenti pada titik akhir. Semoga pergulatan teologi kekristenan dan kebudayaan akan semakin berjumbuh secara lebih akrab dan saling hormat demi semakin mulianya seluruh kemanusiaan, karena teologi tanpa antropologi akan menjadi seumpama sebilah pisau di tangan balita, lebih banyak memiliki kemungkinan melukai daripada menyembuhkan kemanusiaan.
xiii
Kisah 1
Karena Cinta...
Aku tidak tahu sesungguhnya sejak kapan semua kisah ini bermula dan ke mana akan bermuara. Mungkin sejak tahun 70 –an ketika usiaku 7 - 9 tahun, atau mungkin sebelum itu, atau lebih jauh lagi sebelum kelahiranku di dunia ini, ketika blue print kehidupanku ditentukan oleh-Nya. Tetapi jelas, tahun 1994 merupakan titik tolak dan tangga naik yang penting bagi kesadaran dan jalan hidupku. Yaitu setelah sebuah pengalaman ruhani tak terbayangkan mendatangiku. Mengaduk, memeras dan menguras semua hidupku selama ini, dalam sebuah pertarungan jiwa, pertaruhan eksistensial yang menentukan. Tidak hanya sekali, peristiwanya kemudian berulang beberapa kali pada tahun-tahun berikutnya: 1997, 2005 dan 2008. Saat ini, aku tak punya jalan lain kecuali menyampaikan pesan-Nya, mengalir dalam Kehendak-Nya.
Apakah nama dari pengalamanku ini? Bagaimana pula memaknai dan mensikapinya? Aku menyerahkan sepenuhnya kepada pembaca untuk dapat menemukan jawabannya masing-masing. Selama 15 tahun terakhir ini aku pribadi bergulat jatuh bangun, dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit tersebut. Tidak hanya di dalam pikiran
1
dan perasaan, melainkan juga di dalam setiap tindakanku. Bahkan tantangan beratku bertambah, bagaimanakah caranya aku mesti menceritakan dan menyampaikannya?
Sebetulnya ada yang bertanya atau lebih tepat mempertanyakan, kenapa mesti diceritakan? Bukankah sebuah pengalaman ruhani itu bersifat pribadi dan rahasia, yang mana hanya pelakunya saja yang bisa memiliki dan merasakan? Dan juga karena sifatnya yang ruhani, artinya tidak rasional-logis dan faktual-empiris, bukankah dengan menceritakannya justeru dapat memicu kesalahpahaman dan kontroversi? Bahkan, bukankah pasti akan ada yang menganggapmu sakit jiwa dan gila? Serta lebih jauh lagi akan ada yang menuduhmu murtad, melakukan makar-subversi dan berkonspirasi tingkat tinggi dengan Iblis? Aku sepenuhnya setuju dengan pemertanyaan ini, dari satu sisi. Yaitu sisi pikiran rasionalku. Betapa tidak?! Coba bayangkan seandainya Anda yang mengalami penglihatan, tidak hanya dengan mata kepala, tetapi juga dengan seluruh jiwaraga Anda merasakan hadirnya sosok agung Yesus Kristus atau Isa al-Masih dan Dia berulang-ulang mengatakan, “Aku akan berbicara melalui mulut kamu, sampaikanlah dan jangan kau takut” . Bagaimana perasaan Anda dan apa yang akan Anda lakukan?
Itulah yang terjadi padaku. Tidak hanya di dalam pengalaman ruhani itu, bahkan di dalam kehidupan sehari-hari pasca pengalaman itu, pikiran rasionalku (mungkin seperti Anda) juga menolak. Ini pasti tidak nyata, halusinasi. Kenapa mesti aku? Siapakah aku? Bukankah aku orang yang tak pantas, awam dan bodoh? Bagaimana aku dapat menyampaikannya? Adakah yang akan mempercayaiku? Bagaimana dampaknya? Dan masih banyak lagi ungkapan-
2
ungkapan penolakanku untuk menghindar. Penolakan ini tidak mengada-ada, karena memang faktanya aku tidak bisa membuktikan secara empiris kehadiran Isa al-Masih. Aku juga bukan agamawan, bukan pemimpin dan mungkin tidak pandai menyampaikan pesan-pesan ini sehingga banyak yang menolak dan menganggapku gila dan murtad. Hal-hal seperti ini membuatku sering merasa frustasi.
Namun masalahnya tidak berhenti di sini. Penolakan rasionalku ini tidak membuat pengalaman ini hilang dan jiwaku tenang. Ternyata dia datang lagi dan berulang beberapa kali. Yesus Kristus atau Isa al-Masih menjawab rasio dan realita empirisku ini. Kata-kataNya yang mengalir deras itu, tidak hanya memaksa dan menakutkanku, tetapi juga sekaligus menguatkan, melindungi dan menghiburku. Kata-kataNya tidak hanya aku dengar di dalam pengalaman ruhani, tetapi juga ditunjukkanNya kepadaku secara empiris di dalam lembar-lembar Kitab Suci.
Barangsiapa memegang perintahku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diriKu kepadanya.
Yohanes 14 : 21
Ya, tepat sekali. Inilah sisi diriku yang lain, yaitu kasih, atau cinta. Aku mencintai Yesus Kristus melebihi apa pun, sepanjang hidupku. Seperti nanti akan aku ceritakan. Di dalam kisah hidupku yang panjang berliku penuh cadas dan
3
banyak lorong-lorong gelap ketidakpastian yang kujumpai, namun ada satu hal yang pasti, terang benderang dan paling kukuh kupegangi, yaitu bahwa aku mencintai Yesus Kristus atau Isa al-Masih dengan sepenuh jiwa. Dan ini bukan cinta biasa, sejenis cinta biologis atau material. Aku akan merasa bahagia, walau itu terasa pedih. Karena mencintai-Nya, maka aku tidak bisa menolak-Nya. Termasuk terhadap pengalaman ruhaniku ini. Aku tidak bisa menolaknya, dan karena itu aku mencoba terus menghayati pengalaman itu dan semua yang aku dapatkan di dalamnya.
Ajaib. Ketika aku tenggelam di dalam penghayatan pengalamanku itu, maka intisari yang aku temukan adalah Cinta. Dan ketika aku menemukan Cinta, maka yang muncul di dalam diriku adalah kepasrahan dan energi. Dengan energi cinta inilah aku mendapatkan kekuatan untuk dapat mengetahui keberadaan hidupku sendiri, menghubungkan dimensi-dimensi masa lalu, masa kini dan masa depan kesejarahannya. Dan pada titik ini, aku menemukan diriku sendiri, secara baru. Sehingga dapat aku katakan bahwa dengan pengalaman ruhani ini aku mendapatkan makna, dan makna dari pengalaman ruhaniku ini adalah kelahiran kembali jiwaku.
Dalam terang jiwa baru ini, aku merasa kemanusiaanku mengembang. Kenapa? Karena jiwaku kini terhubung dengan Jiwa Universal, Isa al-Masih atau Yesus Kristus. Dia membebaskanku dari ego sempit, dogma yang berasal dari kata-kata manusia, ketika bersabda, “Sembahlah Tuhan Allah kita. Tuhan itu Esa. Kasihilah Dia dengan segenap hatimu, sepenuh jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Kasihilah manusia sesamamu seperti dirimu sendiri” . Sehingga dari sini, aku bisa mengatakan
4
lebih lanjut bahwa ketika aku menemukan diri sendiri dengan energi cinta, pada saat yang bersamaan, aku juga menemukan orang lain, semua manusia.
Perasaan cinta kemanusiaan seperti inilah yang menguatkanku untuk berani menuliskan pengalamanku, untuk saling mengingatkan kepada sesama saudara di dalam kebenaran. Kebenaran yang aku yakini dengan nyata, dan aku pasrah di dalam kebenaran itu. Yesus mengungkapkan firman Tuhan kepadaku:
Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! – dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.
Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu dan ia tidak berbalik dari kejahatannya dan dari hidupnya yang jahat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu.
Yehezkiel 3 : 18 -19
Aku jadi semakin yakin, bahwa pengalaman yang aku peroleh bukanlah untuk diriku semata, tetapi juga untuk seluruh manusia. Karena pada hakekatnya, di dalam diri orang lain itu terdapat diriku juga. Jadi, kenapa aku akhirnya
5
menuliskan pengalamanku ini? Jawabanku adalah karena aku patuh pada perintah-Nya, pasrah di dalam kebenaran-Nya dan aku juga mencintai manusia. Aku menginginkan keselamatan manusia dan menghormati kebebasannya sekaligus.
*****
Demikianlah, buku ini tidak aku tulis secara langsung, melainkan melalui bantuan penulis. Aku menceritakan pengalaman-pengalamanku dan pesan-pesan yang aku dapatkan kepada penulis, yang merekamnya dan menuliskannya kembali.
Sebagaimana diuraikan di atas, buku ini bukanlah sebuah buku kajian kitab suci atau traktat teologi, juga bukan sebuah penarikan kesimpulan dari proses belajar logis-rasional. Melainkan sebuah pengungkapan keyakinan yang berdasarkan pengalaman nyata di dunia ruhani: sebuah kesaksian iman. Oleh karena itu, bahan utama dan merupakan porsi terbesar dari buku ini adalah pengalaman-pengalaman ruhaniku, pesan-pesan Yesus dan firman-firman Allah yang aku dapatkan. Sebagian pesan-pesan dan firman-firman itu aku dapat secara langsung melalui penglihatan atau suara-suara. Sebagian lagi aku dapatkan melalui perantaraan Alkitab dan Alquran yang mana lembar-lembarnya seperti terbuka sendiri di hadapanku, dan ayat-ayat yang muncul adalah jawaban atau ungkapan dari pengalamanku.
Meski demikian, buku ini tentu tidak bisa seratus persen menjadi sepenuhnya ungkapan ruhani. Karena aku
6
juga terikat oleh rasionalitas manusia. Paling tidak, aku terikat dengan konvensi bahasa dan cara bertutur manusiawi. Oleh karena itu, sebagai kesaksian iman, tentu saja buku ini bisa dianggap ungkapan personalku yang manusiawi. Pembaca mempunyai kebebasan penuh untuk percaya atau meragukan kebenarannya, sejalan dengan tanggungjawab kemanusiaannya masing-masing.
*****
Akhirnya, penulisan buku ini mempunyai riwayat yang panjang, dan aku semestinya berterima kasih kepada semua yang telah membantu untuk penerbitan buku ini. Tentu saja, aku tak bisa menyebutkan nama mereka satu-persatu. Tapi beberapa nama mesti kusebutkan. Mbak Lies, Uchi, Neni, Sandra, Ermy, dan teman-teman lain yang telah membantu menguatkanku. Mas Iip D Yahya yang pertama kali menuliskan, serta yang terakhir kepada Mas Muhammad Jadul Maula yang membantu merevisi, mempertajam focus dan menulis lagi buku ini agar sesuai dengan pesan-pesan inti Isa al-Masih. Semoga Tuhan memberkati mereka semua.
Melalui buku ini, aku tidak ingin melebih-lebihkan atau merangkai sebuah karangan belaka. Aku hanya ingin menyampaikan apa yang aku dapatkan, mentaati perintah dan mencintai-Nya, tak lebih dan tak kurang. ALLAH yang memegang nyawaku, biarlah DIA juga yang menghukum dan mencabut langsung nyawaku, kalau aku berdusta dan apa yang kukatakan bukan perintah-Nya.
7
Kisah 2
Bertahan Hidup…
Hidup ini memang misterius. Semua orang selalu menginginkan dan mengejar yang terbaik, tak ada yang tidak. Tapi tidak semua keinginan itu tercapai, bahkan sering penuh paradoks, naik turun dan berliku. Karena itu, hidup ini jadi berirama seperti halnya musik. Dan aku masih ingat, bahwa sejak usia balita aku mengalami dan bisa merasakan bahwa “musikku keras”, penuh cadas. Dalam usia terbilang kanak-kanak, waktu itu sekitar sembilan tahun, aku bahkan pernah berteriak menuding Tuhan sebagai biang ketidakadilan, karena menimpakan kesusahan dan kesulitan hidup yang luarbiasa terhadapku dan keluargaku. Aku berteriak untuk mengeluarkan semua kesesakan yang menghimpit, untuk mempertahankan dan menyelamatkan hidupku dan keluarga. Tuhan menjawabku, walau aku belum sepenuhnya bisa mengerti. Di tengah-tengah kekacauan dan ketidakpastian hidupku itu, satu hal yang aku tahu, dan itu menjadi bekal dan sumber energiku, yaitu Cinta. Aku mencintai keluargaku, sebagaimana aku mencintai kebenaran, kejujuran dan keadilan, dengan sepenuh jiwa dan tenaga.
Kami hidup sangat prihatin. Penderitaan keluarga diawali oleh peristiwa sejarah yang saat itu tak bisa aku
8
mengerti. Bahkan hingga sekarang. Saat itu usiaku tiga tahun. Oh ya, aku lahir 23 Januari 1964. Nama lengkapku, Martha Constantia Pinontoan Lang. Papiku, Alexander Pinontoan dan Mamiku, Maritje Lang. Saat itu aku masih tinggal di Manado, tepatnya di Tonsea. Aku dipanggil Connie karena mamiku menyukai penyanyi Connie Francis. Tetapi aku tidak tahu pasti kenapa papiku memberiku nama Constantia, apakah ini berkaitan dengan nama Kaisar Constantin dan saudarinya Constantia yang terkenal dalam pembentukan sejarah Kristen itu? Entahlah.
Tetapi yang jelas, betapa singkat aku merasakan hidup yang nyaman dan mapan dalam bimbingan dan perlindungan kedua orang tua. Papiku, Alexander Pinontoan, orang kedua di Kantor Pos dan Telekomunikasi Manado. Beliau orang yang sangat disiplin, dan keras dalam mendidik anak-anaknya dan memimpin keluarga. Anak-anak tidak boleh main keluar rumah, sehari-hari terus di dalam, harus belajar. Dia ingin anak-anaknya jadi pintar sekolah dan jadi doktor. Tetapi kami anak-anak merasakannya sebagai pengekangan.
Papi adalah pemimpin serikat buruh Postel yang dihormati dan disegani semua karyawan, karena ia keras dan berani dalam memperjuangkan kebenaran, memperjuangkan nasib kaum buruh supaya lebih baik. Pernah suatu saat, ketika gaji buruh ditekan dan ditahan, Papi berani mendatangi langsung Dirjen Postel di Bandung. Menyampaikan aspirasi buruh-buruh dengan tegas. Tidak hanya menggebrak meja, Papi bahkan sampai menaikinya, sehingga gaji karyawan pun akhirnya kenaikan gaji disetujui. Sikap berani Papiku ini tampaknya menurun ke dalam diriku. Aku masih ingat, saat berusia 2 tahunan, ketika kulihat Papi
9
memarahi, membentak-bentak bahkan memukuli Mami, aku pun membela Mami. Sambil berteriak-teriak dengan lidah cedal anak balita, “Papi natal, natal, belani putul-putul Mami” , aku pun juga balas memukul-mukul Papi dengan batang kayu sapu lantai.
Hidup kami cukup mapan saat itu, sampai suatu hari tiba-tiba Papi menghilang. Papi dijemput dari tangga pesawat yang ditumpanginya langsung ke mobil CPM tentara dan tidak pernah kembali ke rumah lagi. Lama-lama, aku tahu ia berada di penjara. Aku tak mengerti dan yang aku rasakan adalah kehilangan. Aku pernah menangis dan meronta karena ingin tidur bersama Papi. Sipir penjara tak tega melihat raungan tangisku. Mungkin aku satu-satunya anak perempuan yang pernah menemani ayahnya tidur di penjara. “Tuhan akan buktikan bahwa Papi tidak salah,” kata Papi menghiburku. Entah pada usiaku yang keberapa kalimat itu diucapkan Papi, tetapi itulah kalimat penghibur yang aku ingat darinya. Kalimat itu pula yang telah menjadi penguat jiwa Papi untuk menahankan segala penderitaan fisiknya. Puji Tuhan, Papi sampai sekarang masih tampak sehat untuk ukuran orang berusia 88-an tahun.
Aku kehilangan Papi. Lalu Mami pontang-panting bertahan dengan sisa kekayaan yang ditinggalkan Papi, tetapi tak bisa bertahan lama karena dikelola tanpa manajemen yang tepat ditambah Mami ditipu oleh salah satu keluarga. Akhirnya semua habis. Belum genap usia tujuh tahun, aku sudah harus berfikir dan berusaha mencari uang untuk hidup dan menghidupi keluarga. Aku berjualan, walaupun mami tidak pernah menganjurkan. Pukul 2 dini hari, aku sudah bangun. Aku bergegas ke tepi jalan besar. Aku ikut menumpang mobil angkutan yang menuju pasar.
10
Kadang duduk di dalam tapi lebih sering menggandul di belakang. Setiba di pasar aku dekati pedagang sayuran. Aku perhatikan mana yang banyak pembelinya dan tak ada yang membantunya berjualan. Lalu aku meminta kepadanya agar aku boleh membantunya.
“Ibu hanya dagang sayuran ini, nanti dengan apa ibu harus membayarmu, Nak?” jelas pedagang sayur. “Saya tidak minta dibayar dengan uang, Bu,” jawabku. “Cukup dengan sayuran.”
Pedagang itu setuju. Aku dengan senang membantunya. Sekira jam 5 sayuran sudah habis terjual, menyisakan beberapa ikat yang tak dipilih pembeli. Aku pulang dengan sisa-sisa sayuran itu. Aku ikut lagi menumpang mobil yang menuju ke arah rumahku. Tiba di rumah aku ikat sayuran itu kecil-kecil lalu menjajakannya keliling kampung. Entah karena orang-orang kasihan melihatku berjualan atau memang nasib baik, jualanku laris. Sebelum jam 8 aku sudah berada di rumah dan menyerahkan uang hasil jualan kepada kakakku Neni. Dengan uang itulah kami bisa makan pada hari itu. Tentu saja aku tak lupa untuk pergi ke sekolah setelah semua kesibukan di pagi hari selesai.
Begitulah, aku mulai berjualan dan bekerja dengan gigih untuk menyambung hidup keluarga. Pagi-pagi mengusung sayuran dan menjelang sore menjajakan makanan rantangan dagangan tetanggaku. Pernah aku menjajakan lauk ikan masak di asrama Brimob, mereka tidak mau beli. Aku terus memakssa ke mereka, “Ayo dong Om, beli ”, mereka katakan “Kami sudah makan. Lagian akhir bulan, blom gajian,”. Tetapi aku melihat ada karung beras di situ, aku pun terus menawarkan, “Kalau begitu tukar beras aja
11
om.”. Mungkin karena mereka kasihan, mereka pun akhirnya mau menukar daganganku dengan beras. Bahkan aku diperbolehkan ambil beras sebanyak yang aku bisa bawa.
Kerap juga aku mengambil jatah keuntunganku sebelum mulai berjualan, agar kakak bisa tenang. “Bagaimana kalau jualanmu tidak laku?” tanya Neni cemas,. “Tenang saja, Kak, semua pasti terjual” kataku penuh percaya diri, pada kakak perempuanku dan memang nyatanya terjual habis. Namun sering juga aku alami nasib tragis, seperti suatu ketika rantang berisi lauk daganganku terjatuh di sungai yang mengalir deras. Dan karena rasa tanggungjawabku maka dengan lugu aku mengejar rantang itu dari pinggir sungai. Tentu saja aku kalah dalam “balapan lari” yang menegangkan itu dan rantang pun tak terjangkau. Dengan takut, aku pun menceritakan masalah ini ke pemilik dagangan, sambil berjanji akan mencicil mengganti rantang itu.
Karena tuntutan kondisi ekonomi, akhirnya Mami terpaksa menikah dengan orang yang kemudian menjadi ayah tiriku. Aku merasa kehilangan kedua-duanya. Aku sangat tertekan, ketika bertemu ayah tiriku untuk pertama kali dan dia mencoba untuk menakuti aku dengan suara yang keras meminta aku untuk masuk dalam rumah dan berbicara dengan dia, aku langsung melemparnya dengan batu, karena aku mendengar kepala adikku pernah dibenturkan ke tembok.
Aku tumbuh jadi anak tomboy yang tidak punya rasa takut. Aku tidak mau ikut Mami di Manado dan memilih pindah ke Tonsea, tinggal bersama Om, Tante, dan Oma dari Papi. Om dan Tenteku hidup berkecukupan. Suatu ketika aku merasa tidak nyaman di Tonsea dan ingin pergi dari
12
rumah yang aku tumpangi. Aku tidak kuat bukan karena disia-siakan dan diperlakukan semena-mena, tetapi karena tak kuat menahan olok-olok lingkungan karena kami tak punya apa-apa lagi dan Papi mengalami musibah, masuk penjara sebagai tahanan politik. “Tukang sapu jalanan saja tidak akan mau mengawini kamu kalau kamu besar nanti!” kata seorang anggota keluarga besarku. Hatiku sangat pedih mendengarnya.
Sempat terlintas dalam pikiranku untuk membalas sakit hatiku karena penghinaan mereka kepada keluargaku. Namun aku sadar, lebih baik aku meninggalkan keluargaku itu.Karena aku tidak punya uang, sore hari saat itu, aku berjalan kaki ke arah Manado. Terus berjalan sepanjang malam, melintasi hutan. Aku tak membayangkan akan ada ular besar atau binatang buas lainnya. Aku berjalan lebih dari 40 kilometer. Tiba di Manado aku tidak menuju rumah Mami, karena aku tahu ayahku masih ada dan ayah tiriku juga hanya suka sama mami. Aku mampir di rumah teman. Tetapi suasana di rumah teman itu tak seperti yang aku bayangkan. Aku kemudian mencari kuburan Cina, karena di kuburan Cina itu ada atapnya, jadi aku bisa tidur di sana, ditemani gigitan nyamuk dan nyanyian gerimis hujan.
Ada kejadian lucu yang terus kuingat saat aku tidur di kuburan itu. Menjelang malam, saat penjaga kuburan lewat, tiba tiba dia berteriak saat melihat aku dan karena kaget aku pun berteriak, kemudian akupun memanggil dia,”Om...oooommmm”, dengan maksud ingin mengatakan aku ini manusia ,bukan setan. Dia sempat menoleh, tapi bukannya berhenti, malah semakin kencang berlari sambil berteriak ketakutan.
13
Sering aku berkelahi. Bukan karena sok jagoan tetapi tidak bisa menahan emosi ketika melihat teman-temanku, diganggu. Aku akan sangat tersinggung jika ada yang mencela Papi. Pasti anak itu akan aku kejar dan aku hajar. Aku tidak peduli itu anak laki-laki, bahkan yang jauh lebih besar dan tua sekalipun. Aku memang perempuan, tapi bisa menjadi sangat jantan kalau ditantang dalam hal apapun juga. Aku jadi terbiasa bertindak tegas. Kalau tidak suka, aku katakan tidak suka. Aku menjadi sangat minder dan sensitif dalam segala hal. Akibat banyak berkelahi, wajahku menyisakan bekas cakaran-cakaran kuku. Tapi ajaib setelah bekas-bekas cakaran itu hilang, mukaku menjadi mulus, padahal tanpa ada perawatan khusus.
Mamiku menikah lagi dengan polisi, mestinya setelah itu keluargaku lumayan mapan. Namun karena watakku yang keras dan mandiri, sebagai bentuk ‘protes’ aku tidak mau dibiayai sekolah ayah tiriku. Oleh karena itu, apa saja yang bisa menghasilkan uang secara halal, aku lakukan. Aku ambil keputusan sendiri untuk jualan makanan buatan orang lain. Aku jadi ballgirl, pemungut bola di lapangan tenis. Aku jadi kuli yang mengangkut batu dari sungai yang curam ke dalam truk yang berada di atas jalan. Aku berdandan seperti laki-laki karena perempuan tidak diperbolehkan berdandan di situ. Ketika menerima upah, aku bilang “Terima kasih, om..”.Yah, karena suaraku, aku jadi ketahuan kalau aku perempuan. Akhirnya, upahku ditambah dari Rp. 15,- menjadi Rp. 25,- tapi aku tidak boleh kerja angkat batu lagi. Di samping itu, aku juga mulai menyanyi di pasar malam. Dari hasil jerihpayahku, aku bisa membiayai sekolahku sendiri dan dapat membagikan kepada kakak dan adikku. Aku terkondisikan untuk cepat mengambil keputusan
14
penting, dan itulah yang membuatku mandiri. Aku tidak mau menerima uang dari orang yang hanya ingin menjajah kedaulatan pribadiku.
Aku begitu menyayangi keluargaku, dan akan berbuat apa saja untuk menghidupi mereka. Pernah suatu hari kami kehabisan makanan di rumah. Kami hanya bisa minum air putih. Aku berdoa sebelum keluar rumah agar bisa pergi dengan hati tenang. Lalu aku pergi menyanyi dalam keadaan kedinginan karena kelaparan. Ketika giliran makan, jatah makanku nasi kuning satu bungkus tidak aku makan. Teman nyanyiku tanya, “Kenapa tidak makan?”. “Sudah kok. Sekarang sedang tidak lapar..” jawabku bohong, karena sebetulnya aku teringat kakak dan adikku yang belum makan di rumah waktu aku pergi, dan rencananya aku akan bawa jatah makanan itu ke rumah untuk kakakku Neni dan Hanny adikku. Lalu ketika temanku giliran nyanyi, akhirnya aku tidak tahan juga, sisa makanan temanku yang telah ditaruh dekat tempat sampah aku makan cepat-cepat supaya tidak ketahuan. Eh, rupanya temanku itu kembali dan memergoki aku sedang makan makanan sisa itu. “Lho, katanya tadi sudah makan”, tanyanya heran dan kaget. Karena tertangkap basah, aku akhirnya mengaku dan menceritakan kondisiku sebenarnya. Hari itu aku pulang ke rumah dengan sebungkus nasi jatahku. Sampai di rumah kubangunkan mereka dan segera kuberikan nasi bungkus itu.,Meski perutku masih perih menahan lapar, tapi aat melihat mereka makan dengan lahapnya, aku bahagia bercampur haru.
Besoknya, temanku menceritakan ihwalku itu kepada manajer pub. Puji syukur, saat pulang, aku diberi sekantung plastik besar makanan dan coklat yang belum pernah aku makan. Kami makan dengan riang dan sukacita. Kelak aku
15
mengerti, kalau kita mau menahan lapar dan memberikan bagian kita dengan ikhlas demi orang lain, maka Tuhan akan memberikan anugerah yang berlimpah yang tak pernah dibayangkan. Siapa yang mendahulukan kepentingan orang lain, tidak hanya kebutuhan kita, bahkan keinginan pun akan dipenuhi oleh Tuhan.
Pada usiaku yang kesembilan, tekanan hidup rasanya mulai memuncak. Aku kehilangan Papi dan aku tidak bisa mendapat jawaban kenapa ia dicampakkan! Ia tidak mendapat pensiun. Papi dipenjara karena kesalahan yang tak pernah dilakukannya. Aku juga ‘kehilangan’ Mami yang lebih memilih mencari pengganti Papi. Waktu itu aku belum sadar bahwa Mami harus menanggung beban yang luar biasa berat. Aku belum mengerti, hanya dalam hatiku aku merasa harus menjadi wanita yang lebih kuat dari mami, dalam berbagai hal.
Aku mulai menggugat realitas hidup yang pahit itu. Dalam usia kanak-kanak itu, aku lelah dengan kesengsaraanku, yang sepertinya tak berujung pangkal. Penjelasan guru-guru di sekolah dasar dan sekolah Minggu, bahwa Tuhan itu adil, bijaksana, tidak akan menyiksa hamba-Nya yang jujur dan taat, aku anggap tidak benar. Ayahku orang yang bersikap sangat jujur dan baik. Ia yang menanamkan pada keluarga untuk memercayai kuasa Tuhan. Apa karena ia pekerja yang jujur, disiplin dan dicintai para syafnya lalu dihukum Tuhan? Aku sampai pada kesimpulan bahwa Tuhan telah berlaku tidak adil. Aku tidak melihat orang yang lebih menderita dari kami ketika itu.
Aku memikirkan soal ketidakadilan Tuhan itu sambil berselonjor kaki, bersandar ke dinding rumah sambil menatap langit. Tiba-tiba tubuhku rasanya capek sekali.
16
Aku masuk ke kamar dan naik ke tempat tidur. Baru saja punggungku mencapai sandaran, rasanya kemudian bumi ini berputar. Makin lama kian kencang putarannya. Aku bisa merasakannya dan dapat pula melihatnya. Betapa takutnya aku. Aku sadar mungkin ini karena pikiranku soal ketidakadilan Tuhan itu. Spontan aku bersujud dan meminta ampun.
“Ampun, ampun Tuhan, jangan Kau hukum aku. Maafkan kesalahanku tadi. Engkau Maha Adil. Engkau Maha Adil.”
Putaran bumi pun lalu berhenti. Aku lihat langit terbuka lebar sekali. Tiba-tiba sesosok wajah muncul dalam penglihatanku. Dengan diselubungi awan, serta di kiri kanannya ada peniup terompet besar, sangkakala. Wajah yang rasanya sepertinya aku kenal. Ya, itu wajah Yesus, Isa al-Masih. Walaupun tidak jelas, terselubung awan, tapi di relung hatiku, aku yakin dia itulah Yesus. Wajahnya membesar dan membesar sehingga memenuhi seluruh pandanganku. Pandangan matanya yang tajam dan penuh kasih seperti sinar laser yang menembus jantungku serta merta membuatku tenteram. Ia berkata,
“Sabar jo ngana anak ada ngana pe waktu ngana mangarti. Sabarlah nanti pada saatnya kamu akan mengerti.”
Ya, waktu itu aku memang belum mengerti, kenapa jalan hidup yang aku alami begitu keras. Setelah pertemuan seperti mimpi itu, masih diselimuti rasa takut yang amat sangat, tapi hatiku bahagia aku berlari menemui tetangga di depan , seorang nenek yang tidak menikah. Ia hidup untuk bekerja dan berbagi kepada keluarganya. Orang-orang kampungku biasa memanggilnya Mak Lena. Setelah
17
aku ceritakan apa yang aku alami, nenek itu berkata sambil mengusap kepalaku, “Suatu saat kamu akan jadi orang.” Dalam hati aku saat itu aku berkata, “Memangnya aku sekarang bukan orang?”.
Walaupun saat itu aku tidak melihat dengan jelas wajah Yesus karena diselubungi awan putih, aku sangat terkesan dan terpukau luar biasa dengan kehadiran Yesus saat itu. Begitu melekat, tak terpisahkan dalam memoriku. Tak mungkin terlupakan . Tumbuh suatu perasaan yang mendalam yang tak bisa kulukiskan, namun satu hal yang jelas, aku mendapat penghiburan dan penguatan hidup.
18
Kisah 3
Ingin Menyambung Hidup…
Aku tak ingin pengalaman orang tua terulang pada diriku. Keluargaku porak-poranda. Berantakan. Papi jadi tahanan politik, masuk penjara. Praktis tinggal mami yang membiayai hidup enam anaknya. Sebenarnya cukup banyak peninggalan keluarga kedua orang tua. Tapi semua itu habis, karena ada salah satu saudara yang menipu keluarga kami. Saat hari Natal, kami tak punya apa-apa untuk dimakan. Tak ada seorangpun dari sodara kami yang peduli. Malah tetangga yang menolong memberi makanan ketika Hari Natal.
Keadaan itu tidak membuatku menjadi dendam, justru dari situlah aku berniat untuk membantu keluargaku dan belajar berbagi terhadap siapa saja sesama manusia. . Karena saat itu aku merasakan ketika kita butuh, nggak ada yang melihat apalagi menolong. Di saat kita berkecukupan, orang-orang yang nggak kita kenalpun mengaku saudara. Sementara saat papi masuk penjara, dan hidup keluargaku porak-poranda, semua keluarga lari meninggalkan kami. Bahkan apa yang menjadi bagian kami digelapkan oleh mereka Sejak itu aku berpikir, kalau aku sukses, aku harus membantu siapapun yang sedang memerlukan pertolongan.
19
Untuk itulah aku ingin bisa mandiri, tidak tergantung kepada siapa pun. Aku belajar banyak dari kasus yang menimpa keluargaku. Mami pada waktu itu di pihak yang ditinggalkan, serta merta harus tampil sebagai orang tua tunggal dengan enam orang anak. Sementara Papi hanya bisa bersabar dan menunggu hari baik pembebasannya. Mami mencoba berbisnis, tapi karena tidak punya bakat dagang, semua barang keluarga akhirnya satu per satu terjual habis. Rumah yang kami tempati pun ikut terjual. Maka dari peristiwa itu aku sadar, bahwa aku harus punya andalan sebagai penyangga bila terjadi apa-apa agar tidak hancur-hancuran, secara ekonomi dan sosial. Aku dianugerahi Allah kemampuan bernyanyi, oleh karena itu aku berusaha untuk menjaga modal hidupku itu sekuat tenaga.
Aku membangun karier sebagai penyanyi dari nol. Aku ini penyanyi alam. Sekalipun suaraku sudah dikagumi orang saat usiaku 4 tahun, orang tua tidak mendikte aku untuk jadi penyanyi profesional. Ya, apalagi kami masih tinggal di Manado pada tahun-tahun penuh kesulitan itu. Aku pergi ke Jakarta di usia 15 tahun. Dorongan untuk menjadi penyanyi profesional mengantarkanku ke ibukota. Mami sempat tidak setuju, bukan tidak setuju aku jadi penyanyi, melainkan karena aku pergi ke Jakarta dengan cara minggat, sembunyi-sembunyi. Karena di mata Mami aku masih terlalu muda untuk merantau. Hampir saja usahaku gagal, karena dicegat polisi, anak buah bapak tiriku . Aku berhasil lolos, setelah mengelabui polisi dengan memakai pakaian, rambut palsu dan topi lebar kayak tante-tante, Karena badanku termasuk bongsor untuk anak-anak seusiaku, sehingga aku terlihat sebagai orang dewasa. Selain itu informasi yang diberikan oleh ayah tiriku kepada anak
20
buahnya adalah untuk mencegat anak perempuan dengan tujuan jakarta, maka aku mengganti nama dan tiket pesawat dengan tujuan makasar.
Tujuan utamaku waktu itu adalah bagaimana bekerja untuk mendapatkan penghasilan yang banyak, supaya dapat membantu keluarga dan mengambil Mami kembali. Ini adalah kenyataan pahit, bahwa mamiku menikah lagi hanya karena ekonomi, padahal Papi masih ada. Jadi keinginan menjadi penyanyi professional bukanlah motif utama pribadiku, melainkan bekerja demi membantu keluarga. Mengembalikan keutuhan keluarga kami.
Setiba di Jakarta, setiap pergi ke pub, teman-teman meminta aku untuk menyumbang lagu.Semua manajer pub yang aku pernah nyanyi, selalu memintaku untuk menjadi penyanyi tetap di pub mereka. Aku tidak langsung mengiyakan tawaran itu, “Aku mau pikir-pikir dulu ya,” kataku beralasan. Karena aku tahu penghasilan penyanyi pub tidak mungkin dapat mencukupi kebutuhan keluargaku.
Bukannya jadi penyanyi, tapi justru ada 3 pria yang mendekatiku saat itu. Ketiga pria itu ingin melamarku. Di benakku, aku harus memilih suami yang bukan hanya sayang sama aku saja tapi juga keluargaku. Dia harus mampu dan ikhlas membantu keluargaku. Akhirnya, aku menjatuhkan pilihanku pada anak seorang pengusaha, yang rendah hati dan mau menanggung kesulitan keluargaku. “Gak jadi penyanyi, gak apa-apa”, pikirku waktu itu.
Pada awal tahun 1980, aku pun mendapat kesempatan pergi ke Amerika Serikat, mengikuti suamiku yang melanjutkan kuliah University Of San Farnsisco (USF). Di San Francisco, aku sempat mengambil kursus vocal. Tapi
21
tak berlangsung lama, karena suamiku memintaku untuk berhenti.
Oh ya, suamiku seorang muslim. Ketika menikah, keluarganya minta kami menikah secara Islam dan mereka memintaku membaca kalimat syahadat. Tetapi aku menolak, karena waktu itu menurut keyakinan dogmatikku dengan mengucap syahadat berarti aku membuang Yesus Kristus. Aku bersikeras dalam hal ini, karena begitulah keyakinanku saat itu. Dan suamiku menghargai prinsipku itu.
Sepulangnya kami ke Indonesia, pada akhir tahun 1984, rumah tanggaku mulai goyah. Sesunguhnya ketidakcocokan bukan datang dari suamiku, tapi lebih banyak karena campur tangan keluarga dari suamiku. Karena sudah menyinggung harga diri dan martabat keluargaku, akhirnya aku memutuskan bercerai. Walau suamiku menentang, aku tetap memutuskan untuk bercerai walau tanapa harta gono gini. Untuk menghidupi keluarga besar dan anakku, aku kemudian mencoba meraih kembali impian awalku sebagai penyanyi. Bertepatan dengan itu, ada seorang teman yang menawarkan untuk ikut tampil di program Wajah Baru di TVRI Jakarta. Menurut teman saya, dari ajang itu bisa menentukan saya untuk jadi penyanyi profesional.
Rupanya penampilanku menarik perhatian pencipta lagu kondang A. Riyanto. Lalu beliau menciptakan sebuah lagu khusu untuk saya yang berjudul Ingin Menyambung Hidup, yang sekaligus merupakan album pertamaku. Itulah awal langkahku masuk dapur rekaman. Aku pun menapaki karier sebagai penyanyi pop. Walaupun aku sendiri sebenarnya lebih menyukai musik clasic rock dan blues.Puji Tuhan, album ini sukses di pasaran. Dari hasil album
22
itu, aku bisa membeli rumah kecil dan bonus mobil Honda Civic. Sejak saat itu nasib hidupku mulai membaik dan terus membaik.
Sukses sebagai penyanyi, aku mendapat tawaran main film. Aku memang suka tantangan.Tetapi untuk menerima tawaran main film aku masih ragu. Tapi mereka terus memaksa. Dan orang-orang dekatku tak henti mendorong dan menyakinkan aku untuk mencobanya. Dan bertepatan yang menawarkan aku main film adalah sutradara yang sangat kondang dan berkualitas. Akhirnya aku menerima tawaran itu. Aku menjadi peran pembantu utama dalam film Tatkala Mimpi Berakhir arahan sutradara Wim Umboh. Kemudian aku mendapat peran utama dalam film Kamus Cinta Sang Primadona arahan Abdi Wiyono. Karierku pun terus menanjak, seiring dengan usaha bisnisku yang juga berkembang.
Sukses di kedua film yang aku bintangi, semakin banyak tawaran untuk main film dan sinetron yang ketika itu baru mulai marak. Banyak skenario disodorkan kedapaku, tapi aku menolak karena aku sadar jiwa seniku bukan di dunia peran. Selain menyita banyak waktu dan tenaga, secara materiil pun sangat tidak sesuai dibandingkan dengan honor sebagai penyanyi. Di samping itu, di dunia tarik suara pun aku belum maksimal.
Lama aku tidak mengeluarkan album, itu bukan karena aku sibuk dengan bisnisku, tapi lebih karena lagu-lagu yang ditawarkan kepadaku kurang cocok dengan jiwa dan warna vocalku Aku tidak mau memaksakan diri, karena buat aku itu sama saja dengan melacurkan seni.
23
Dengan situasi ekonomiku yang membaik, aku mulai bisa menata kembali kehidupan keluarga besarku yang porak poranda. Saudara-saudara, adik dan kakakku tinggal bersama aku dan syukur mereka bisa menyelesaikan sekolah sampai sarjana. Maksud dan tujuan aku menyekolahkan mereka supaya kelak mereka bisa hidup mandiri dan dapat membantu keluarga lainnya. Tentu saja, aku tak lupa terus berupaya untuk mengembalikan Mami ke tengah-tengah kami. Mami sudah pindah rumah ke Padang Sumatera Barat mengikuti suaminya.
Namun aku tak putus asa, siang-malam aku terus mendoakan Mami supaya kembali kepada kami. Doaku terkabul. Rupanya, di Padang Mami juga gelisah memikirkan kami. Mungkin beliau juga diliputi perasaan bersalah, sehingga sering dibayangi mimpi. Sampai suatu saat Mami bermimpi aneh, merasa terus dilihat dan diawasi tajam oleh Yesus Kristus atau Isa al-Masih. Mata Yesus begitu tajam, sehingga Mami merasa dipojokkan dan ketakutan. Mami terus mundur menghindari tatapan Yesus itu, namun akhirnya terbentur tembok. Mami tak bisa menghindar lagi, dan tersadar. Bertepatan suaminya mau menikah lagi, akhirnya beliau memutuskan meninggalkan suaminya di Padang, berkumpul bersama anak-anaknya. Aku kembali menangis penuh syukur karena doaku terjawab.
*****
Seperti sudah aku ceritakan di atas, sejak kecil di Manado aku sering mendapat penglihatan peristiwa-
24
peristiwa yang akan terjadi. Demikian pula halnya di Jakarta, penglihatan-penglihatan itu masih sering aku alami. Seperti terhadap apa yang menimpa seorang sahabat karibku sesama penyanyi. Dia artis yang sangat sukses. Albumnya meledak dan lagunya disukai oleh masyarakat. Ketika dia mengandung usia tiga bulan anaknya yang kedua, saat kami jalan-jalan dengan dia, adiknya dan juga kakakku. Ketika kami melewati rumah sakit yang rencananya akan menjadi tempat bersalin sahabatku itu, saat itu juga terlintas di benakku sabahatku itu akan meninggal karena melahirkan di rumah sakit itu. Dengan nada tinggi tiba-tiba terlontar kata-kata “Kamu cari mati mau melahirkan di situ.”Aku segera sarankan agar sahabatku itu berganti rumah sakit dan dokter. Dia menganggapku aneh dan bertanya kepadaku “Apa Alasan kamu. Karena dokter dan rumah sakit tersebut bagus dan sangat terkenal di Jakarta. Selain itu anak pertamaku juga lahir di situ dengan dokter yang sama,” “Aku pun tidak tahu apa alasannya,” jawabku tegas. Karena hanya itu yang terlintas di benakku.
Selain itu, aku juga menyarankan dia untuk mencari ibu kandungnya “Kamu juga harus cari ibu kandung kamu. Temuilah dia sebelum kamu melahirkan,” kataku agak memaksa. Setiap ketemu aku terdorong untuk menyampaikan empat hal kepadanya. Agar pindah rumah sakit, mengganti dokter, mencari ibu kandungnya dan banyak berdoa. Dia enggan mencari ibunya sebab merasa dibuang waktu kecil dan diserahkan kepada orang lain. Aku jelaskan kepadanya bahwa itulah rencana Tuhan, sambil kalau tidak diserahkan kepada orang lain, kamu tidak akan jadi penyanyi yang terkenal seperti sekarang ini.
25
“Bersyukurlah kamu diserahkan kepada orang yang mampu membimbingmu menjadi artis terkenal seperti sekarang,” kataku coba mengingatkan. “Coba kalau tetap bersama ibu kandungmu, mungkin sekarang kamu bukan siapa-siapa.”
Akhirnya dia mengakui ibu kandungnya pernah datang ke rumahnya tapi ia menyuruh ibunya pulang karena kesal kakak perempuannya tinggal bersama ibunya, tapi dia kok dikasih ke orang lain. Ibunya pulang dengan berlinang air mata,sambil berjalan kaki di tengah hujan deras. Saat mengatakan itu terlihat raut penyesalan di wajah sahabatku itu. Tapi dia tetap keraskan hatinya. Aku terus memaksa dia untuk menemui ibu kandungnya sebelum melahirkan. Akhirnya dia berjanji akan mencari ibu kandungnya. Sampai waktu melahirkan, dia ternyata tidak memenuhi saranku. Dan akhirnya memang benar, Sahabat karibku itu meninggal saat melahirkan dan bayinya pun menyusul sabahatlu itu.
Hatiku begitu miris melihat tingkah laku saudara angkat laki-lakinya dan ibu angkatnya. Belum juga jenasahnya dikuburkan, mereka sibuk membicarakan harta dan semua kekayaan yang ditinggalkannya. Aku sakit hati dan marah hingga terlontar kata-kata “Kok tega mereka begitu,” kataku pada sahabat-sahabatku dan kakakku Neni yang datang melayat di situ. Aku katakana, “Lihat mereka tidak akan pernah bisa menikmati kekayaan sahabatku itu,” ujarku sambil berlinang air mata menahan kesedihan.
Dan benar seperti apa yang aku katakan, keluarga angkatnya benar-benar tak bisa menikmati kekayaan yang ditinggalkan sahabatku. Sekitar tiga bulan dari kematian sahabatku, saat mereka dalam proses pengurusan harta
26
peninggalan, mereka menyusul sahabatku ke alam kubur. Mengetahui hal itu, aku stress dan sangat menyesal dengan kata-kataku. Aku tidak bermaksud seperti itu, ketika mengucapkan kata-kata itu. Teman-teman dan kakakku Neni yang saat itu mendengar apa yang aku ucapkan ke mereka mengatakan “Tidak usah merasa tertuduh dan stress dengan ucapanmu. Biarpun kamu ngomong seperti itu tapi kalau Tuhan tidak mengijinkan pasti tidak akan terjadi,” Semua bisa terjadi karena kehendak-Nya”. Kata mereka menenangkanku.
Ironisnya, setelah beberapa lama kami mencari ibu kandungnya. Adik sahabatku menemukan ibu kandungnya sebelum prosesi penguburan. Dia menemukan ibu kandung sahabatku itu di kompleks perumahan yang sangat sederhana. Dia bekerja sebagai tukang cuci pakaian orang kampung situ yang digaji Rp. 20.000,- Sungguh sangat kontras dengan keadaan sahabatku itu yang tinggal di rumah megah. Aku berbicara lama dengan ibu sahabatku itu. Aku memintakan maaf untuk sahabatku dan menyampaikan bahwa keinginan terakhirnya adalah menemui sang ibu. Melihat kondisi ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan, aku berniat dan berjanji untuk membantunya dan meminta beliau untuk berhenti sebagai tukang cuci baju.
Setelah sahabatku itu meninggal, hampir setiap hari dia datang dalam mimpiku, bahkan mendatangi rumahku dan melakukan kebiasaan-kebiasaan dia semasa hidup saat main di rumahku. Hal ini sempat menganggu anak dan saudara-saudaraku yang tinggal di rumahku. Pada suatu hari, aku bermimpi bertemu dia, dia mengatakan “Aku masih di sini,” Aku diperlihatkan kondisi sahabatku yang mengenaskan di alam kuburnya. Pakaiannya compang-
27
camping, darahnya berceceran, dan tak henti-henti ia menangis menahan kesakitan yang luar biasa. Kuburannya ambruk. Dia meratap menangis.
Pernah juga, dalam mimpi aku berdua sahabatku itu berada seperti dalam suatu ruangan sidang. Aku duduk bersebelahan dengan sababatku dan di depan kami ada seorang laki-laki dengan wajah tanpa ekspresi. Di depan laki-laki itu aku menyampaikan segala kebaikan yang pernah dilakukan sahabatku itu. Setelah panjang lebar aku menjelaskan segala hal kebaikkan sahabatku itu, dia hanya mendengarkan dan terus menatapku tak berkedip, Akhirnya aku meminta sahabatku untuk menyerahkan kertas yang berisi catatan tentang kebaikan yang dilakukannya. Sahabatku mengeluarkan kertas itu dari tasnya dan menyerahkan kepada laki-laki tersebut, namun tidak diterima. Bahkan melihat sahabatku itu pun tidak. Matanya terus tertuju kepadaku, tanpa bicara. Akhirnya kertas itu aku ambil dengan gemas dari tangan sahabatku dan aku serahkan kepada laki-laki itu. Dia menerima kertas itu tanpa komentar.
Pagi dini hari setelah mimpi itu, saat aku sedang berpuasa, aku digerakkan untuk menjemput ibu kandungnya. Aku pergi dengan Sandra temanku. Saat bertemu ibu kandungnya, aku ceritakan mimpi-mimpiku kepadanya dan aku menyampaikan niatku untuk mengajak ibu kandungnya ke kuburan sahabatku. “Tolong doakan dia, Bu. Kasihan dia di alam kuburnya,” pintaku saat dalam perjalanan menuju makam Setibanya kami di makam ternyata memang kuburannya itu ambruk sepeti yang kulihat dalam mimpiku semalam. “Sebelum berdoa aku meminta kepada ibunya agar dalam doanya dia memaafkan dan semua kesalahan almarhumah”. Lalu kami berdoa bersama, tanpa sadar,
28
aku berdoa dengan keras sekali, sambil menangis, sampai orang-orang di sekitar kuburan pada datang berkerumun nenonton kami.
Malam harinya, dia datang kembali dalam mimpiku dengan kondisi yang sangat berbeda. Dia berdiri agak jauh seperti ada pembatas dengaku dengan ekpresi wajah tersenyum seperti mau menyatakan perpisahan, dia terlihat sangat bahagia. Dan sejak malam itu, dia tidak pernah datang lagi.
29
Kisah 4
Gilakah Aku?
Aku berteriak sambil melompat, melawan. “Aku tidak akan mundur dari imanku! Aku tidak akan mundur sampai titik darah terakhir!” Aku tiba-tiba seperti masuk ke dalam suasana pertarungan yang aneh. Seperti sedang berhadapan dengan suatu kekuatan yang menyerangku. Tetapi bukan orang. Jelas, bukan orang. Tak ada sosok yang tampak. Ada yang sedang aku hadapi, aku tidak tahu wujudnya, tetapi jelas terasa. Ah, aku tahu, atau malah tidak tahu. Ya, aku mungkin masuk dalam alam ruh. Mungkin. Dunia gaib, pastinya. Sesuatu seperti mengancam dan menakutkanku, melalui gelombang suara yang sangat menyiksa dan menyakitkan. Suatu gemuruh yang luar biasa memekakkan dan memilin-milin seluruh urat-urat halus di dalam gendang telingaku, tembus ke dalam jiwaku. Mungkin seperti suara dari sayap-sayap segala mahluk hidup yang saling menggesek satu sama lain, seperti gemeretak roda-roda, segala jenis roda di dunia yang berderit bersama. Gemuruh yang besar membuatku merasakan berbagai deraan yang coba menghancurkan jiwaku, tetapi aku terus bertahan sekuat tenaga. Aku terus berteriak merespon apa yang aku rasakan menyerangku. Ada sesuatu yang belum pernah aku lihat, aku dengar, dan aku bayangkan dalam nalarku, dalam seluruh pengalaman
30
hidupku. Jiwaku rasanya letih, lelah, pedih, dan perih. Orang di sekelilingku hanya mendengar dari mulutku: “…ada empat … ada empat …”
Sebagai perempuan aku pernah melahirkan anak. Aku tahu benar rasa sakitnya, tetapi yang kualami ini jauh, jauh lebih sakit lagi. Gelombang suara itu terus berusaha menggedor, menerobos benteng jiwaku. Aku bisa bayangkan tubuh diiris-iris lalu disiram air cabai atau cuka, tetapi suasana yang kuhadapi ini rasanya jauh lebih perih dan menyakitkan. Banyak, rasanya banyak sekali yang mengepungku dari berbagai penjuru. Aku terus berteriak dan melompat, melawan mereka. Lalu aku menyungkur dan menyediakan leherku untuk dipenggal. “Ayo, bunuh .. bunuh aku kalau bisa!” Aku bangun lagi seraya menjentikkan kuku-kuku tanganku tanda mengejek, sekaligus menantang. “Ayo, aku tidak akan mundur dari imanku!”
Begitulah, setelah aku berhasil mengalahkan roh-roh itu tak lama kemudian datang lagi, dan lebih menyakitkan. Aku pun terus melawan dan menahan rasa sakit yang teramat sangat. Tak ada kata yang tepat untuk melukiskan rasa sakit dan penderitaan yang kurasakan ketika itu. “Ayo, majulah . Aku tidak takut , aku tak akan mundur sampai titik darah terakhir. Aku tidak akan menyerah”. Sementara aku dalam siksaan yang amat sangat, tiba-tiba ada suara, “Menyerahlah dan kami akan menghentikan siksaan ini”. Aku menjawab: “Bunuhlah aku kalau bisa. Lebih baik aku mati dari pada menyerah, Aku tidak akan menyerah..”. Aku terus berperang sambil berdoa.
*****
31
Selama enam hari aku berada di dalam pertempuran ruhaniah itu. Aku tidak sepenuhnya bisa menguasai tubuhku, tapi aku terus bertahan. Selain berteriak dan melompat, melawan, aku juga dapat membaca pribadi setiap orang yang mendekatiku, melihat mahluk-mahluk gaib yang ada di sekitarku. Tidak ada dinding yang menghalangi pandanganku. Selama enam hari itu orang-orang dekatku melihat dengan penuh iba, kebingungan dan panik kepadaku, karena mereka tidak mengerti apa yang sedang kualami. Menurut mereka wajahku sangat memelas, seperti sedang mengalami penderitaan yang begitu dalam, yang belum pernah mereka lihat, Bahkan, untuk memerikan ekspresi wajahku saat itu, orang-orang sulit menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan penderitaan itu. Sore hari sekitar jam empat, pada hari pertama aku mengalami peristiwa terangkat secara ruh itu, aku berada di rumah Lies Hadi, teman baik.
Pada tahun 1994 itu aku memang sedang merasa diuji betul. Orang-orang terdekat yang selama ini aku cintai sepenuh hati dan aku pertaruhkan seluruh hidupku untuk mereka, serentak mereka melakukan hal yang sangat tidak masuk akal dan sangat menyakitkan hatiku. Langsung aku masuk ke kamar. seperti ada yang menggerakkan, tubuhku tersungkur. Aku bersujud dengan segala ketakberdayaanku. Aku menangis dalam doa kepada Tuhan. Aku berdoa agar semua orang-orang yang menyakitiku diberikan maaf dan ampun, janganlah Tuhan menghukum mereka karena aku sangat mengasihi mereka. Aku memohon ampun untuk semua dosa-dosaku dan mohon diberi kekuatan untuk tidak membenci mereka dan tetap mengasihi mereka. Setelah itu, aku merasa tubuh dan jiwaku terbelah. Ruhku keluar pelan-
32
pelan . Aku merasa hidup di dua alam. Aku merasa keluar dari sebuah selubung. Ada selaput yang lepas dari tubuhku. Aku seakan berjalan di awan dan melayang. Tapi aku sangat sadar, tetap melihat sekelilingku dengan jelas.
Masih dengan perasaan yang melayang itu aku mengendalikan setir mobilku. Berangkat dari rumahku di komplek Vila Cinere Mas, menuju kediaman Lies Hadi di bilangan Buncit. aAu ditemani Sandra, salah seorang kawanku, yang ketika itu tinggal di rumahku. Ia tampak cemas melihat kondisiku. Kata Sandra, wajahku tanpa ekspresi dan aneh. Sandra sangat takut, tapi tidak berani bicara .Aku turun dari mobil dan langsung menerobos masuk rumah sahabatku itu.
“Ada empat .. ada empat” ucapku. Uchi, Ermy Kulit, dan Sandra yang berkumpul di rumah Lies keheranan. Lalu aku menarik tangan Uchi untuk memberi contoh maksud ucapanku. Seolah aku tahu di ruangan atas rumah Lies ada empat kursi dan satu meja, padahal aku belum pernah tahu sebelumnya. Setiba di atas, lalu aku mengumpamakan maksud ucapanku dengan menunjuk empat kursi itu. “Lihat ini, ada empat tapi menjadi satu,” Saat itu aku sendiri memang belum tahu apa makna ucapanku, tapi begitulah yang terucap dari mulutku.
Aku tiba-tiba nyerocos membaca pribadi teman-temanku dan masa lalunya serta menasihati mereka agar segera memperbaiki cara hidupnya dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, agar bersiap diri karena waktunya sudah dekat. “Uchy dengan muka takut langsung nyeletuk. “Ih dunia udah mau kiamat nih.”.
33
Aku sebutkan misalnya, proses kelahiran Lies dan menyebutkan beberapa tanda bawaan lahir di tubuhnya. Padahal Aku tidak pernah tahu sebelumnya, tetapi yang aku katakan itu benar diakui oleh Lies. Satu persatu aku baca teman-temanku yang lain. Aku mulai berbicara macam-macam sampai soal leluhur mereka. Mereka jadi ketakutan, tetapi juga mendengarkan. Karena kata-kataku benar, aku menunjukkan kepada mereka apa yang mesti mereka perbuat. Aku seperti berkhotbah, dari mulutku keluar ayat-ayat dari Alkitab dan Alquran. Aku tahu ketika Ermy sambil terduduk di lantai kamar berkata dengan sangat sedih, sambil menangis “ Aduh, kasihan temanku sudah gila.” Aku tersenyum namun hatiku sedih melihat mereka yang sangat khawatir. Karena aku tahu aku tidak gila seperti yang terlihat.
Melihat kondisiku, diam-diam Uchi dan Sandra segera memanggil Pendeta dan memintanya untuk menyembuhkanku. Aku berada di kamar ketika Pendeta itu datang. Setibanya pendeta itu di ruang tamu, aku lari dari kamar menyambut, memeluk dan mencium pipinya seolah –olah aku tahu akan kedatangannya. Padahal tidak ada seorangpun yang memberitahuku. Saat melihatku, ia berdoa, tapi tidak mengerti apa yang sedang terjadi dalam diriku. Tak hanya pendeta, Lies Hadi juga meminta seorang Kiyai guru spiritualnya untuk menolongku. Lies Hadi juga memaksaku untuk meminum air putih yang dibawanya. Dengan halus aku tolak segelas air yang disodorkan Lies. “Ngana kan tetap perlu minum,” bujuk Lies. “Ayo, minumlah.” Aku diam saja, mulutku terkunci rapat. Demikianlah, semuanya tidak membawa pengaruh apa-apa dalam diriku, karena aku bukan sakit atau kerasukan setan sebagaimana perkiraan mereka, tetapi aku sedang di proses Allah.
34
Lalu gelombang suara yang menyiksa itu datang lagi. Aku melihat angin badai bertiup dari utara. Ia membawa segumpal awan yang besar dengan api yang berkilat-kilat dan awan itu dikelilingi sinar yang sangat terang. Api itu berkobar-kobar, hingga di tengah-tengahnya seperti suasa yang mengkilat. Aku lepas kontak dengan teman-teman di sekitarku dan terfokus untuk merespon kehadiran itu. Aku berteriak, “Ada empat, empat, ya ada empat”. Aku melompat sangat ketakutan,. Melihat sejenis mahluk hidup. Ah, ini mungkin citraanku saja. Pantulan bayangan dari karakter atau malah ketakutanku sendiri. Tetapi tidak, ini seperti nyata, bukan khayalan. Getarannya begitu kuat terasa, menggeremus seluruh kedirianku. Aku begitu tercekam oleh kehadirannya.
Di tengah-tengah awan dan api itu ternyata ada juga sesuatu yang menyerupai mahluk hidup, seperti manusia, ah bukan, ini binatang, ah, bukan keduanya atau keduanya sekaligus. Mereka semua ada empat, ya, empat. Betul, aku tak salah. Tapi sungguh tak terbayangkan. Mereka, masing-masing mempunyai empat muka, dan pada masing-masingnya ada pula empat sayap. Ya, semua serba empat. Mereka saling menyentuh dengan sayapnya; mereka tidak berbalik kalau berjalan, masing-masing berjalan lurus ke depan. Muka mereka kelihatan seperti ini: keempatnya mempunyai muka manusia di depan, muka singa di sebelah kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali di belakang. Pada keempat sisi mereka, di bawah sayap-sayapnya tampak tangan manusia. Kaki mereka lurus dan telapak kaki mereka seperti kuku anak lembu; kaki-kaki itu mengkilap seperti tembaga yang baru digosok. Aku melihat, di samping masing-masing dari keempat mahluk itu ada
35
sebuah roda, atau seperti roda. Mereka mempunyai lingkar, dan aku lihat di sekeliling lingkar yang empat itu penuh dengan mata. Di atas kepala mahluk-mahluk hidup itu ada yang menyerupai cakrawala, yang kelihatan seperti hablur es yang mendahsyatkan, terbentang di atas kepala mereka.
Sayap-sayap mereka dikembangkan ke atas; mereka saling menyentuh dengan sepasang sayapnya dan sepasang sayap lainnya menutupi badan mereka. Di tengah mahluk-mahluk itu kelihatan seperti bara api yang menyala, seperti suluh, yang bergerak kesana-kemari. Api itu bersinar kuat, dan dari api itu keluar kilat yang sabung-menyabung. Ya Tuhan, mahluk-mahluk hidup itu terbang ke sana ke mari laksana kilat menyambar-nyambar. Ruh-ku seperti ikut dibawanya. Gemuruh dari bunyi kepakan sayapnya seperti air terjun yang menderu dahsyat. Menggelegar di dalam jiwaku, memekakkan seluruh urat-urat telingaku. Sayap-sayap mereka saling bergesekan, menimbulkan suara melengking tinggi, menyayat-nyayat hati, membuat tubuh serasa dicabik-cabik dilecut oleh cambuk baja yang tajam. Roda-roda mereka berderit menimbulkan suara melampaui ribuan kereta api yang dalam kecepatan tinggi mendadak direm secara bersama-sama. Kegaduhan yang ditimbulkan melebihi keributan laskar-laskar yang sangat besar, yang saling menyerang dengan pedang dan tombak, beradu dengan perisai dan baju zirah besi.
Inikah perwujudan dari Keagungan, Kekuatan, Kehendak dan Kemahakuasaan Tuhan yang tak terbendung, tak tertahankan dan tak terkalahkan? Atau simbol bagi keselarasan, kerjasama, keseimbangan dan keikhlasan? Aku sungguh tak sempat berfikir. Aku merasakannya sebagai kesakitan, kenyerian dan kepahitan yang luar biasa, yang dapat
36
menghancurkanku, Dalam jiwaku, aku berkata“ Aku harus kuat, bertahan,” begitu refleks, insting, jiwa dan kesadaranku bekerja sekaligus. Aku tak boleh takut, karena aku yakin Tuhanlah yang menjaga dan membelaku. Keyakinan itu terus aku tanamkan dalam jiwaku saat menghadapi peperangan dan penyiksaan itu, “Aku tidak akan mundur dari imanku! “Ayo, bunuh .. bunuh aku kalau bisa! Aku tidak akan mundur sampai titik darah terakhir!”
*****
Dua hari aku di rumah Lies Hadi. Lalu, keluarga membawaku ke rumah yang di Kemang. Selama tiga hari mereka berusaha merawat dan menyembuhkanku. Mereka tidak tahu apa yang sedang aku alami, apalagi merasakannya Namun aku tahu teman dekat dan keluargaku saat itu berusaha mendatangkan beberapa orang pintar. Aku yang berada di dalam kamar tahu saat mereka datang dan mencoba melakukan pengobatan. Ada suara yang berbisik: “Permalukanlah mereka para dukun iblis itu…”“Kalian yang perlu disembuhkan! Bukan aku!” teriakku.
Rupanya teriakanku itu membuat kaget dan membuyarkan konsentrasi mereka. Ketika mereka masuk ke dalam kamar, entah bagaimana, kekuatanku jadi berlipat ganda, dengan sekali kibasan tanganku tubuh mereka terlempar ke dinding kamar. Dan aku tertawa terbahak-bahak, sambil meniup-niup tanganku ke arah dukun-dukun itu sambil tertawa mengejek seperti anak kecil . Aku pura-pura tertidur karena tahu mereka berbisik akan masuk
37
lagi ke kamarku kalau aku tertidur. Mereka juga akan menghipnotisku supaya aku tidur. Begitu mereka masuk kembali ke kamarku, aku biarkan mereka mendekati aku. Kaki dan tangan aku masukkan dalam selimut.
Begitu mereka sedang baca-baca mantra, aku kagetkan mereka dengan mengeluarkan kaki dan tangan, tanpa mengenai badan mereka namun seketika itu juga mereka terpental ke dinding dan akhirnya mereka lari keluar. Kembali aku terbahak-bahak seperti anak-anak yang sedang bermain, dan berteriak kepada kakakku dan temanku: “Kenapa dukun-dukun iblis itu tidak kembali lagi?”. Mereka menjawab bahwa orang-orang itu bukan dukun. “Bagaimana bukan dukun, ada foto aku disalah satu dompet dukun itu,” kataku tegas. Kakak dan Mamiku tidak percaya ucapanku. Begitu semua lengah, aku melompat lari keluar dari kamar menuju ruang tamu yang dipenuhi banyak orang. Aku menuju ke salah satu pria tua dan tanganku menyambar dompet yang di kantong celananya dan mengambil fotoku. Aku tunjukkan ke semua yang ada di situ. “Kalian tadi kan engga percaya, Ini buktinya,” kataku sambil tertawa mengejek seperti layaknya seorang anak kecil yang sedang bermain. Mereka terdiam keheranan dan aku kembali aku tertawa mengejek seperti anak-anak.
38
Kisah 5
Isa Al-Masih Hadir…
Aku tak tahu pada hari yang keberapa kejadian ini berlangsung. Setelah keberanianku mengatasi ancaman-ancaman eksistensial yang muncul itu, suasana pertarungan yang menyakitkan pun mereda. Berakhir setelah kukatakan, “Sampai aku mati, aku tidak akan menyerah”. Kesejukan menyelimutiku. Aku berada dalam keadaan tidak tidur dan tidak jaga. Aku juga tidak pasti, apakah ini terjadi di dalam atau di luar diriku, atau keduanya sekaligus. Tetapi aku sadar dan melihat dengan jelas, sebuah sosok yang teduh dan berwibawa menghampiriku. Sorot matanya tajam menghunjam mataku, tembus ke jantung hatiku terdalam. Semua indera dan lapis-lapis kesadaranku seperti tersedot, menyatu dan terarah kepada sosok itu. Membuatku merinding, menggigil. Aku didatangi seseorang, yang wajahnya menenteramkan. Ya, aku langsung tahu, itulah wajah Yesus, Isa al-Masih. Wajah yang berbeda dengan yang di gambar-gambar atau patung itu, pernah datang sebelumnya, ketika aku berusia 9 tahun. Wajah itu pernah kulihat, tapi tidak jelas seperti sekarang ini. Hanya matanya yang bagaikan sinar laser menembus hati dan pikiranku, waktu itu Dia katakan “Sabar jo ngana anak ada ngana pe waktu ngana mangarti. Sabarlah nanti pada saatnya kamu akan mengerti.”. Hal ini membuatku langsung
39
ingat dan tak ragu lagi. Wajah yang selalu kurindukan dalam pikiran dan hatiku.
Dia berkata, terdengar sangat nyaring dan jelas di dalam hati dan telingaku, “ALLAHku dan Aku akan berbicara melalui mulut kamu. Sampaikanlah dan jangan kau takut.”
Aku terdiam. Mulutku terkunci, tubuhku menggigil. Namun jiwaku haus. Perasaan nyaman, namun berat, menyelimuti tubuhku. Menggantikan rasa sakit sebelumnya yang tak terperikan itu. Ruh-ku seperti menyatu kembali dengan tubuhku.
“Sembahlah Allah dan taatlah kepadaku. Tuhan Allah kita. Tuhan itu Esa. Tidak ada yang selain Dia. Akulah jalan kebenaran bagi semua umat manusia menuju-Nya”
“Sembahlah Allah. Kasihilah Tuhan, Allahmu.”
“Kasihilah sesamamu seperti kamu mengasihi dirimu sendiri. Kalau kamu punya kasih yang besar, aku akan berdoa untukmu.”
Aku merasa merinding dan dingin. Ada rasa kedamaian yang luar biasa, namun beban sangat berat terasa menghimpitku.
“Jangan kamu ragu dan gentar kepada mereka. Sampaikanlah apa yang aku katakan, sembahlah ALLAH Tuhan kita Yang Esa. Akulah jalan kebenaran menuju-Nya, untuk semua umat manusia Kasihilah manusia sesamamu seperti terhadap diri sendiri.”
“Sampaikanlah semua yang kukatakan kepada semua umat. Tibalah waktunya ALLAH mengutus Aku mengiamatkan dunia secara massal dan pribadi. Setelah pesan ini, kalau
40
manusia mati mereka tidak punya dalih lagi mengatakan mereka tidak tahu kebenaran itu”.
Pesan-pesan ini disampaikan berulang-ulang. Terus menerus, seolah mau mengaduk dan menghapus semua memori yang sebelumnya mengendap erat dalam kesadaranku. Menghantam semua keragu-raguan dan ketakutanku terhadap bayang-bayangku sendiri. Pesan-pesan ini terus diulang. Seperti paku di atas tembok beton yang terus dipukul godam berulang-ulang, supaya tertancap kuat di hati dan jiwaku.
“Tetapi, mengapa mesti aku? Dan bagaimana aku menyampaikan pesan-Mu, padahal aku tak pandai berbicara? Bukankah aku juga masih terlalu muda?”. Begitulah aku sempat beberapa kali membantah. Aku menyatakan ketidakmampuanku mengemban pesan-pesan-Nya itu.
Yesus, dengan kewibawaan yang tak dapat aku lukiskan, menyampaikan firman-firman Tuhan, mencangkokkannya ke dalam hatiku, “Janganlah katakan aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kau sampaikan. Aku telah mengenal engkau sebelum Aku membentuk engkau di dalam rahim ibumu.”.
Aku tidak bisa membantah, ada perasaan terhibur, namun aku belum sepenuhnya mengerti. Aku pun bertanya lagi, “Tetapi, bagaimana aku menyampaikan pesan-Mu itu? Aku diajarkan oleh para pendeta bahwa Yesus adalah Tuhan dan ALLAH. Ketika Yesus turun ke dunia memang menyerupai manusia, karena manusia tidak bisa melihat ALLAH. Tapi ketika Yesus naik ke surga, Dia sudah jadi Tuhan ALLAH.”
41
Yesus menjawab, “Guru-guru itulah yang menyesatkan umat. Jangan kamu dengarkan, apalagi mengikuti mereka. Ada tertulis: Aku naik ke sorga duduk di sebelah kanan ALLAH Bapa. Sekiranya ajaran mereka itu benar, firmannya mesti akan berbunyi begini, Aku naik ke sorga duduk di tempat ALLAH Bapa, karena Bapa sudah menjadi satu dengan Aku”.
Yesus melanjutkan dan aku terus mendengarkan, “Tidakkah jelas bagi kamu, bahwa yang kamu dengar dan ikuti bukanlah perintah dan ajaranku. Melainkan guru-guru dunia. Penyesat-penyesat yang tidak ada lagi pengampunan setelah mereka menerima kebenaran ini. Sekali lagi kuingatkan: janganlah kamu percaya sekalipun ada tertulis di kitab-kitab kalau berlawanan dengan firman yang keluar dari Mulut-Ku sendiri. Karena Aku tidak pernah mengatakan dari diriku sendiri, tetapi semua yang kukatakan berasal dari Tuhan ALLAH Yang Maha Esa. Sampaikanlah kepada semua manusia jangan kamu takut. Entah mereka mendengar atau tidak”.
Bebanku belum sepenuhnya lepas. Kabut ketakutan masih meliputi wajahku. Yesus kembali menyerukan firman-firman Tuhan untuk mengusir kabut itu dari seputarku. “Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau. Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataanKu ke dalam mulutmu, untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam”.
Aku benar-benar tidak bisa berpaling. Banyak juga pengertian-pengertian lainnya yang diajarkan Isa al-Masih kepadaku. Beberapa pesan inti di atas dapat aku tangkap dengan jelas. Namun sebagian besar lain aku rasakan sebagai
42
install: limpahan isyarat-isyarat dan hikmah-hikmah yang ditanam langsung di hatiku.
Aku seperti melihat tangan terulur kepadaku membawa gulungan kitab. “Makanlah apa yang engkau lihat di sini, makanlah gulungan kitab ini, isilah perutmu dengan itu. Pergilah kepada manusia, berbicaralah, sampaikanlah perkataan-perkataan-Ku ini kepada mereka!” Aku pun menuruti kata-kata itu dan membuka mulutku serta memakan gulungan kitab. Rasanya manis seperti madu.
Aku merasa pemahamanku penuh meski belum bisa kuurai utuh. Aku belum punya bahasa, tapi aku beruntung punya hati, ia begitu luas. Aku merasakan hatiku terus meluas. Benarlah, di dalam hati tersimpan Rumah Tuhan, ia mampu menyimpan seluruh khazanah Pengetahuan-Nya, menampung seluruh isi langit dan bumi-Nya.
Dan Yesus pun telah berpesan: “Aku akan pergi kepada ALLAH tapi tidak akan meninggalkanmu sendirian. Aku akan minta kepada ALLAH supaya Roh Kudus menemanimu, menuntun dan mengingatkan semua yang Aku katakan kepadamu selagi aku tidak berada bersamamu”.
*****
Tiba-tiba aku terdiam dan tertidur, untuk pertama kalinya selama enam hari itu. Menurut penglihatan keluarga, aku seperti sudah mati. Tubuhku diangkat menuju mobil untuk dibawa ke rumah sakit. Padahal aku sendiri saat itu sedang dalam ketakutan luar biasa, melihat badanku dibawa ke kuburan dan dalam prosesi dikuburkan. Aku takut sekali
43
melihat diriku mau dimasukkan ke tanah, ke liang lahat. Benar-benar menakutkan. Pada peristiwa terangkat yang ketiga (2005), aku malah dua kali melihat diriku dikuburkan, pertama-tama aku melihat prosesi penguburanku sendiri secara Kristen dengan segala upacara dan lagu-lagu ruhaninya. Kemudian aku juga melihat diriku dikuburkan secara Islam lengkap dengan segala ritual dan doa-doanya. Lalu tubuhku dimasukkan ke ruangan untuk dioperasi bagian dadaku, dengan segala peralatan bedah yang komplit. Tiba-tiba aku sudah di atas tebing-tebing batu yang tinggi dengan lembah curam dan penuh batu-batu yang tajam dan tombak berdiri, lalu ada suara yang menyuruhku meloncat untuk menguji keberanian imanku. Aku pun meloncat tanpa rasa takut karena aku yakin Tuhan pasti menjagaku. Dan benar, saat aku meloncat tak terjadi apa-apa pada diriku.
Pengalaman-pengalaman menakutkan yang membuat aku meronta-ronta ini seperti mendidik dan membuka cakrawalaku, menjawab pertanyaan protesku kepada Isa al-Masih saat beliau menyampaikan, “Aku adalah Jalan Kebenaran untuk semua umat manusia dan semua agama”. Waktu itu aku spontan menggugat, “Bukankah umat Islam tidak mengakui Engkau?”.
Isa al-Masih tersenyum, sambil menjawab, “Apakah Aku pernah mengatakan seperti itu? Itu adalah kata-kata manusia.Aku tidak berkata seperti itu. Inilah yang Kukatakan: Aku diutus bukan untuk membawa agama, tetapi membawa kebenaran. Aku ada di dalam Islam yang benar. Kristen yang benar. Aku juga ada di semua agama-agama yang benar, yaitu yang menyembah kepada ALLAH yang Esa, taat menjalankan perintah-Nya dan membenarkan semua nabi-nabi yang diutus-Nya.”
44
Aku diberi petunjuk ayat-ayat suci, untuk menunjukkan bahwa Dia ada di dalam Islam yang benar, Yesus menyampaikan kepadaku ayat-ayat al-Qur’an yang membicarakan ajaran-ajaran dan keistimewaan Isa al-Masih putera Maryam. Banyak sekali.
(Ingatlah), ketika malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari pada-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan roh kudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa;
dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat, dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku.
Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku,
dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku,
dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan keterangan-keterangan yang nyata, lalu
45
orang-orang kafir di antara mereka berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata.” (Surat Ali Imran 45-49)
Mulutku seperti terkunci, tidak bisa bergerak. Namun kesadaranku terbuka lebar. Semua kata-kata Isa al-Masih masuk ke dalam kesadaran jiwaku. Seolah Dia tahu yang ada di benakku, bahwa yang aku dengar Isa AS hanya Nabi orang Israel saja. Kata-katanya terus mengaliri darahku, ia terus membaca ayat-ayat suci:
Isa putra Maryam berdoa: “Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rizkilah kami, dan Engkaulah Pemberi rizki Yang Paling Utama. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.” ( Surat Al-Ma’idah 110-115)
Aku bisa merasakan jiwaku mengembang, namun tubuhku terpaku. Mulut Isa seperti sumber mata air yang terus memancarkan air kehidupan, kejernihan dan kesegaran. Sementara tenggorokanku seperti terowongan air musim kemarau. Ayat-ayat yang disampaikan Isa al-Masih terus mengalir membasahi tenggorokanku, merembes ke seluruh urat-urat nadiku. Tubuhku ibarat tanah persawahan musim kemarau yang mendapatkan curahan air hujan. Dan seluruh parit-parit dalam jaringan irigasiku begitu lancar dialiri air yang jernih dan segar, air kehidupan:
46
“Tidak seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (Surat An-Nisa 159)
Kemudian aku diajak Yesus ke berbagai tempat melewati beragam kelompok manusia yang berbeda-beda. Mereka terlihat melakukan praktek keagamaan yang beragam. Ada yang menyembah patung-patung, tumbuhan, batu, matahari, bintang dan lain-lain. Hingga aku tiba di suatu tempat seperti padang pasir di mana di situ banyak orang Arab dengan pakaian putih-putih bersorban menengok ke arahku ketika aku melewatinya. Aku merasa diberi pengertian yang benar tentang hakekat di balik perbedaan-perbedaan cara orang beragama. Mereka memiliki kebenaran dan kekeliruan relatifnya masing-masing. Aku merasa diberi bekal untuk mengerti dan memahami lebih baik, luas dan dalam terhadap perbedaan-perbedaan itu. Lebih daripada kekuatan untuk menghakimi, mencaci dan menyalahkan masing-masingnya. Secara lebih khusus aku juga diberi pelajaran tentang Islam dan kebenaran ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad sebagai jalan menuju Tuhan, sebagai kesinambungan dari ajaran Isa al-Masih. Nabi Muhammad menyampaikan ajaran yang semua umat manusia sanggup melakukannya, yang belum disampaikan Isa al-Masih sampai Dia naik ke sorga.
Kemudian aku bertanya lagi, “Bagaimanakah aku akan mengatakan kepada mereka, apakah mereka akan mempercayaiku? Sedangkan nama Nabi Muhammad tidak tertulis dalam AlKitab, dan mereka tidak mendengar darimu langsung seperti aku. Apakah mereka akan percaya? Siapakah aku ini? Pasti aku akan dicela dan dibilang pembohong”.
47
Yesus berkata, “Sampaikanlah. Sebelum aku naik ke sorga, aku katakan kepada murid-muridku bahwa masih banyak lagi hal-hal yang ingin aku katakan kepada kalian murid-muridku. Tetapi aku belum dapat mengatakannya sekarang, karena kamu belum dapat menanggungnya. Belum saatnya. Hal-hal itulah yang diberikan melalui Nabi Muhammad yang kamu mampu melaksanakannya. ALLAH mengutus Nabi Muhammad untuk melengkapi ajaranku yang dapat kamu contoh seutuhnya. Kamu tidak akan mampu menjalani semua yang aku lakukan karena aku tidak sama dengan kamu. Kebutuhanku tidak sama seperti kebutuhan kamu, keinginanku tidak sama dengan keinginan kamu. Aku diciptakan ALLAH tidak melalui persetubuhan antara dua manusia, laki-laki dan perempuan, yang didasari nafsu birahi. Oleh karena itu aku tidak memiliki nafsu birahi. Aku diciptakan ALLAH dari Roh Kudus yang ditiupkan kepada perawan Maria, Maryam AS. Sewaktu aku berada di dunia, aku berdoa setiap saat. Ketika aku meminta murid-muridku berdoa setiap 1 jam saja mereka tidak sanggup melakukannya. Ikutilah apa yang diajarkan Nabi Muhammad karena melaluinya ALLAH memudahkan kamu untuk berdoa hanya 5 kali dalam sehari. Aku berpuasa 40 hari 40 malam terus menerus tanpa buka setiap maghrib. dan sahur setiap subuh, Apakah kamu sanggup mengikuti apa yang aku lakukan itu? Yang Nabi Muhammad contohkan berpuasa 1 bulan, dari Subuh sampai Maghrib, lalu berbuka. Semua itu ALLAH ajarkan kepada kamu melalui Nabi Muhammad. Ikutilah ajarannya karena ALLAH begitu mengasihi kamu umat manusia. Maka Dia permudah semuanya agar kamu sanggup melakukan kewajiban ibadahmu kepada Tuhanmu. Dan sekaligus tidak kehilangan bagian (nikmat) mu sebagai manusia. Dengan segala kebutuhan dan tanggung jawabmu terhadap sesamamu manusia. Melalui ajaran-ajaran-Nya itu,
48
akhlak manusia terus diperbaiki dan disempurnakan. Ikutilah ajaran Nabi Muhammad, karena Ia diutus untuk meneruskan apa yang Aku ajarkan dan mengembalikan yang Aku ajarkan ke tempat awal. Bahwa Tuhan ALLAH itu Esa. Ajaranku itu sudah dirusak oleh si Iblis melalui guru-guru yang disesatkan oleh Iblis”.
Isa kembali mengisyaratkan kepadaku kepada banyak ayat al-Qur’an. Kurasakan Isa al-Masih kembali menekankan bahwa dirinya ada di semua agama yang mengajarkan penyembahan kepada ALLAH Yang Esa. Selama agama itu masih benar, di mana ajaran-ajaran agama itu masih dijalankan sesuai dengan Kehendak-Nya, bukan dijalankan menurut kehendak manusia. Tidak hanya pada Islam, melainkan Kristen juga.
Bahkan kepada yang mempercayai ajaran-Nya, tapi berlebihan dengan menyebutNya Tuhan, Yesus tegas memberi peringatan: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku kamu sekalian pembuat kejahatan!”.
Yesus lebih lanjut menambahkan, “Tidakkah kamu mengerti akan arti dari ucapanku ini? Aku tidak pernah mengajarkan kamu memanggil aku Tuhan, tetapi yang kuajarkan, aku adalah jalan kebenaran menuju Tuhan. ALLAH
49
kita itu Esa, yang berarti Dia adalah Tuhan dan ALLAH saya juga”,
Yesus mengatakan hal itu sambil telapak tangannya menempel di dada. Begitulah cara Yesus menjelaskan dengan bahasa tubuhnya supaya aku lebih mengerti dengan jelas seperti seorang guru sedang mengajar anak TK. Kata-katanya kembali membahana, “Yang Aku ajarkan ialah sembahlah Tuhan ALLAH Yang Esa dan mintalah hanya kepada DIA dalam nama-Ku. Mintalah kepada ALLAH apa saja dalam nama-Ku, maka ALLAH akan memberikannya kepadamu, yang artinya, kalau kamu memiliki kasih kepada sesamamu manusia seperti yang aku ajarkan dan kamu menjalankannya, maka kamu minta apa saja kepada ALLAH, Tuhan Yang Esa akan memberikannya kepadamu. Tetapi yang kamu ikuti dan jalankan malah bukan ajaranku, melainkan ajaran-ajaran guru-guru dunia. Aku telah mengetahui hal ini sebelum terjadi dan sekarang sudah terjadi.
Perhatikanlah arti dari ucapanKu ini, yang telah Aku katakan dari dulu. Katakan kepada mereka, berbaliklah dari ajaran-ajaran guru-guru dunia yang menyesatkan. Karena Tuhan ALLAH-ku dan Tuhan ALLAH-mu tidak akan memberikan pengampunan lagi bagi mereka itu, setelah mereka menerima kebenaran ini. Kusampaikan langsung dari mulutku sendiri melalui kamu, yang juga tertulis dalam Alkitab mereka dan nenek moyang mereka. Katakan, bertobatlah dari jalanmu yang sesat, sebelum terlambat. Sampaikanlah yang kukatakan ini dan janganlah kamu takut.”
Yesus kembali menekankan, “Katakanlah kepada mereka bahwa Tuhan ALLAH Yang Esa, dan Aku telah murka karena mereka telah menambah dan mengurangi firman
50
ALLAH yang telah diturunkan melalui Nabi-nabi utusan-Nya. Dan mereka ajarkan turun temurun sampai saat ini. Sedangkan ada tertulis : Jangan kamu tambah dan jangan kamu kurangi. Sampaikanlah, bertobatlah sebelum terlambat. ALLAH tidak akan lagi menahan amarah-Nya kalau mereka tidak berbalik kepada kebenaran, sesudah menerima kebenaran ini, yang turun dari ALLAH dan dari mulutku sendiri”.
Jiwaku bergetar mendengar peringatan-Nya yang tegas itu. Bukan karena takut, tapi aku terpesona dengan kebenaran yang disampaikan-Nya. Begitu utuh dan murni. Antara pesan (kebenaran) dan yang menyampaikannya begitu serasi dan pas, tak terpisahkan. Kemarahan-Nya adalah Kebenaran-Nya dan sekaligus Kasih-Nya. Aku dapat merasakannya dengan sepenuh jiwaku. Dan di dalam kemurnian dan keutuhan yang begitu penuh itu, tak ada jalan lain bagi manusia kecuali menggelar kepasrahan. Pasrah di dalam Kehendak-Nya. Dan di dalam kepasrahan ini, aku jadi begitu haus terhadap kebenaran, dan Yesus menuangkan air kebenaran-Nya, untukku dan untuk semua manusia.
“Aku ada di dalam Kristen yang benar. Juga Islam yang benar. Aku juga ada di semua agama-agama yang benar, yaitu yang menyembah kepada ALLAH yang Esa, taat menjalankan perintah-Nya dan membenarkan semua nabi-nabi yang diutus-Nya. Aku tidak pernah membawa agama, Aku membawa kebenaran untuk semua umat manusia”. Lebih tajam lagi Yesus melanjutkan Kebenaran-Nya yang tidak tertahankan, “Aku berkata kepadamu: Aku berada di semua umat yang menyembah Tuhan Yang Maha Esa, dan melakukan Firman-Nya, saling mengasihi satu dengan yang lain seperti dirimu sendiri, mengakui semua utusan-Nya. Sampaikanlah kepada semua umat, Aku berada di semua agama yang menyembah
51
ALLAH Tuhan Yang Esa. Bersatulah kamu dalam kasih dan kebenaran, menjadi satu iman dari berbagai suku dan agama yang berbeda-beda. Inilah yang ALLAH kehendaki, dan Aku perintahkan”.
Yesus atau Isa al-Masih menyampaikan pesan-pesan itu berulang-ulang. Terus menerus, membahana, menusuk-nusuk semua lubang pori-poriku, hingga masuk ke seluruh jaringan pembuluh darahku. Tubuhku menggigil. Keringat dingin membasahi sekujur tubuh dan jiwaku. Pada saat itu, menurut mereka yang melihatku, aku terdiam seperti tertidur selama 1 jam. Lalu tiba-tiba aku melompat dari tempat tidur ke kamar mandi, dan bermain kembang di bak mandi (bath tub).
*****
Aku kemudian bangun seperti seorang bayi yang baru lahir. Aku pun berpikir dan bertingkah laku seperti bayi. Ketika itulah aku meminta susu, pertama aku minum setelah enam hari. Aku meminta dibelikan botol susu dan aku minum susu dari botol bayi itu selama dua pekan. Dan cara aku meminum susu dari botol dengan dot, seraya melipat kedua kakiku dengan posisi terlentang seperti layaknya seorang bayi memegang botol susu dengan kedua tanganku. Teman-temanku pada saat itu tertawa, mereka pikir aku hanya main-main ketika aku meminta mereka membelikan botol susu dan dot bayi. Aku memasukkan cincin di mulutku. Kakakku Neni berteriak ketakutan, sambil teriak, “Awas, jangan ditelan”. Menurut dia dan mamiku, pada
52
perasaan dan pandangan mereka, aku seperti bayi beneran. Mereka kemudian serentak sama-sama berkata dengan sangat ekspresif, gerakan tubuh dan ekspresi muka Neni dan Mami, kata mereka, seperti terhipnotis. Sama-sama mereka berkata, “ooh chayang … chayang, mana cincinnya?!”, sambil tangan mereka membuka mulutku takut cincinnya kutelan. Terus aku membuka mulutku, selayaknya anak kecil, sambil berkata, “Mana, gak ada cincinnya kan?!...”, sembari aku mengeluarkan lidahku dan membuka kedua telapak tanganku, main-main kayak anak kecil. Mami, kakakku dan Sandra sudah ketakutan, baru aku mengambil cincin itu dari bawah lidahku. Dan mereka membuang nafas dengan lega. Begitulah tingkahku ketika itu.
Aku pun minta ballpoint dan minta diajari menulis. Aku tiba-tiba saja menulis nama lengkap tanteku yang nama lengkap sebenarnya tidak pernah aku tahu. Semua orang yang ada di sekitarku, termasuk ibuku, melihatku seperti bayi. Ibu merawatku layaknya mengurus bayi. Aku merasa bagai seorang bayi. Lalu perasaanku menjadi sangat segar. Fresh. Bahkan, lebih dari itu aku merasa seperti lahir kembali. Aku ternyata berada di salah satu ruang perawatan rumah sakit swasta di Jakarta Selatan.
Lalu aku minta diantar pulang, bertepatan pada hari itu aku manggung dalam acara Kejaksaan Agung sore harinya bersama Ermy Kullit dan Vonny Sumlang. Tidak seperti orang sembuh dari sakit, seperti yang orang kira. Aku justru bernyanyi dengan kekuatan baru, seperti mesin yang accu-nya baru saja di-charge. Kawan-kawan yang tahu kejadian yang menimpaku sebelumnya, menangis haru sambil merangkul erat tubuhku. Mereka merasa aneh tetapi tak bisa berkata apa-apa untuk menjelaskannya. ALLAH
53
hanya ingin menyatakan bahwa aku bukan sakit atau gila, seperti sangkaan mereka ketika itu. Dan tenaga yang kumiliki memang tidak masuk akal, tidak makan dan tidak minum selama enam hari, berperang, meronta. Logikanya, berdiri pun pasti tidak bisa. Apalagi bernyanyi, berlompat-lompat, seperti tidak terjadi apa-apa. Begitulah Kuasa ALLAH.
Beberapa hari berselang, ketika aku di jalan sambil menyetir mobil, tiba-tiba kepalaku terasa sangat sakit seperti ditusuk-tusuk jarum, bahkan lebih sakit lagi. Tiba-tiba dari bawah lidahku terasa keluar sebuah bulatan seperti kolang-kaling. Sebuah batu putih. “Apa ini?” teriakku seraya tanpa sadar melempar batu itu keluar jendela mobil. Kemudian sakit di kepalaku langsung hilang dan hatiku lega kembali.
54
Kisah 6
Pembaharuan Imanku
Sejak peristiwa pertemuan dan perbincangan dengan Yesus atau Isa al-Masih itu, hari-hari yang kulalui jadi penuh tanda tanya dan tanda seru. Aku merasa diliputi oleh misteri tentang diriku sendiri, juga kaitannya dengan alam ketuhanan yang tak terhingga. Batas-batas kenyataan menjadi kabur di depanku. Antara keyakinan dan keraguan, antara ketenangan dan kegundahan, kedamaian dan ketakutan, selalu datang silih berganti, campur aduk. Peristiwa apakah yang telah aku alami itu? Apa yang sedang terjadi dengan diriku? Apakah kehadiran Isa al-Masih itu nyata? Halusinasi? Siapakah Isa al-Masih sebenarnya, dan bagaimana hubungannya dengan Tuhan? Apakah ini semua hanya ilusiku, karena mungkin itu adalah iblis yang menyamar, seperti dikatakan orang-orang kepadaku? Ada yang mengatakan mendapat hidayah, ilham atau wahyu? Atau hanyalah sejenis kegilaan? Sederet pertanyaan seperti serentak menyeruak dan mengaduk-aduk benakku.
Aku mencoba tabah dan meyakinkan diri. Sedikit demi sedikit aku mulai menceritakan apa yang aku alami, aku lihat dan dengar, selama di dalam transendensi itu kepada keluarga dan teman-teman dekatku. Reaksi mereka bermacam-macam, walau ada yang simpati, namun sebagian
55
besar membuat kepercayaan diriku mengkerut. Dengan berbagai dalih, baik yang halus maupun yang kasar, mereka pada umumnya tidak percaya ceritaku. Ada yang mengatakan aku terlalu terobsesi, ada yang mengatakan aku kelelahan. Sebagian bilang aku stress, trauma sampai mengalami halusinasi. Ada lagi yang berpendapat aku mengada-ada, mengkhayal, lebih jauh lagi: aku telah murtad dan kerasukan iblis.
Aku menjadi semakin bingung. Belum selesai dengan pemahamanku sendiri tentang pengalaman dan diri sendiri, dengan sedikit keyakinan diri yang masih labil, aku harus menghadapi benturan dari luar yang begitu keras, baik yang berasal dari ketidaktahuan, ketidakpercayaan maupun yang berupa penilaian salah dan berujung stigma. Sementara itu, suara Isa al-Masih terus terngiang-ngiang, bukan berupa gema, tetapi begitu jelas. Suara itu selalu datang dan terus terdengar dari dalam relung hatiku.
“Jangan kamu ragu dan gentar kepada mereka. Sampaikanlah apa yang aku katakan, sembahlah ALLAH Tuhan kita Yang Esa. Akulah jalan kebenaran menuju-Nya, untuk semua umat manusia Kasihilah manusia sesamamu seperti terhadap dirimu sendiri.”
Sampaikanlah semua yang kukatakan kepada semua umat. Tibalah waktunya ALLAH mengutus aku mengiamatkan dunia secara massal dan pribadi, setelah pesan ini kalau manusia mati mereka tidak punya dalih lagi mengatakan mereka tidak tahu kebenaran itu”.
56
Aku hanya bisa pasrah, dengan gontai terus melangkah. Benturan antara hati, rasio dan lingkungan terus berlangsung. Hal terberat dari keseluruhan pengalamanku ini adalah isi pesan yang kuterima: tentang KeEsaan ALLAH, dan keberadaan Yesus Kristus sebagai Jalan Kebenaranku untuk menuju-Nya, juga untuk semua umat manusia. Bagaimana tidak? Pesan ini begitu berbeda dengan keyakinan doktrinalku sendiri, juga mainstream lingkungan kristianiku. Yesus yang selama ini kita panggil-panggil sebagai Tuhan, ternyata Yesus sendiri justeru menegaskan, “Aku bukan Tuhan dan ALLAH. Aku bukan Tuhan, melainkan Jalan Kebenaran kepada-Nya. Aku adalah utusan-Nya yang membimbing manusia supaya menyembah hanya kepada ALLAH Yang Esa”. Hatiku tidak bisa berpaling, ketika Yesus sendiri dengan suaranya yang menghunjam, menegaskan: “Semua orang aku perintahkan hanya menyembah kepada Tuhan Allah Yang Esa, meminta segala sesuatu dalam doa harus kepada Allah dalam namaku, bukan meminta kepadaku”.
Yesus adalah utusan-Nya yang membimbing manusia supaya menyembah hanya kepada ALLAH Yang Esa. Waktu itu aku sempat bertanya kepada Yesus: “Kenapa banyak orang/pendeta berdoa hanya ucapkan Tuhan Yesus, mereka bisa mengusir setan dan penyakit?”.
Yesus menjawab: “Setan takut mendengar namaku, dan orang-orang itu belum tahu doa yang sebenarnya. Aku tak bisa menghukum karena mereka pun hanya menerima ajaran dari guru-guru mereka, bukan daripadaKu. Tetapi setelah engkau sampaikan kebenaran ini yang keluar dari mulutKu sendiri, dan mereka dapat membuktikan di Alkitab bahwa firman itu memang dari mulutKu sendiri, maka mereka sudah kena hukuman kalau mereka tidak patuh kepada perintahKu,
57
melainkan masih dengan iman dan doa yang lama, maka Roh Allah tidak akan hadir di situ, dan aku akan mengusir setiap orang ketika dia mati dan datang kepadaku, memanggil dan berseru kepadaKu Tuhan, Tuhan, kenapa engkau mengusirku sedangkan aku semasa hidupku melakukan semua hal yang baik demi namamu? Aku menjawab: karena engkau sudah menerima kebenaran dan engkau tidak mau mendengarkan maka tidak ada pengampunan lagi, enyahlah dari hadapanku, kamu bukan umatKu, karena yang kamu patuh bukan terhadap perintahku melainkan kepada guru-guru dunia. Orang yang berkenan kepadaku, ialah: yang melakukan kehendak BAPAKU, dan taat kepada perintahKu dan menjalankannya; seperti yang kusampaikan: Tuhan ALLAH kita, yang artinya Tuhan dan ALLAH ku juga. Aku tidak pernah berkata Aku sama dengan “Dia”, “Dia” itu Esa.”.
Pesan-pesan Keesaan ALLAH yang seperti inilah yang menjadi pangkal penolakan orang-orang di lingkunganku, baik yang awam maupun –terutama-- para elite dan pendeta. Sebagian dari penolakan itu ‘tulus’, artinya karena semata-mata soal keyakinan dan pengetahuan itulah yang diajarkan turun temurun dari orang tua dan kakek nenek mereka. Namun sebagian penolakan lain, di samping soal keyakinan dan pengetahuan, juga sudah berjalin-berkelindan dengan kepentingan pribadi maupun institusional, sehingga bebannya menjadi jauh lebih bertingkat-tingkat. Sementara itu suara Isa al-Masih terus saja menggema dalam sanubariku.
“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-
58
Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Matius 7 : 21 – 23
Aku menjadi gamang. Terus terang, sebelum ini aku adalah pemeluk Kristen awam. Kedatanganku ke gereja untuk kebaktian hanyalah mengikuti tradisi, itupun tidak begitu aktif. Namun aku termasuk fanatik. Walaupun aku jarang sekali membaca kitab suci secara langsung, hanya sesekali sewaktu di gereja saat pendeta mengajak umat untuk membuka ayat yang akan dibacakan bersama. Meski demikian aku begitu kuat memegang ajaran gereja. Di dalam ajaran teologi gereja, tentang Trinitas, diyakini bahwa ALLAH sebagai Tuhan Yang Esa itu termanifestasi ke dalam 3 (tiga) pribadi yaitu Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Banyak masalah dan perbedaan pendapat di dalam gereja sendiri terhadap rumusan yang sangat rumit dan bisa menjebak ini. Terutama soal hubungan Yesus Kristus dengan ALLAH Yang Esa, hubungan kemanusiaan Yesus dengan keilahian-Nya. Kalangan awam dan banyak juga dari kalangan pendeta yang lebih sederhana lagi dalam soal teologi ini, namun lebih fatal, yaitu dengan sebutan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan ALLAH Juru Selamat itu sendiri.
59
Sungguh, aku merasa merinding, mendengar suara Yesus marah soal penyebutan dirinya sebagai Tuhan dan ALLAH. Waktu itu aku berkata, “Aku diajarkan oleh para pendeta bahwa Yesus adalah Tuhan dan ALLAH. Ketika Yesus turun ke dunia memang menyerupai manusia, karena manusia tidak bisa melihat ALLAH. Tapi ketika Yesus naik ke surga, Dia sudah jadi Tuhan ALLAH”.
Yesus pun menimpali, “Apakah kamu tidak mengerti yang tertulis di alkitab nenek moyangmy turun temurun?: Aku naik ke surga duduk di sebelah kanan ALLAH BAPA KU? Kalau aku menjadi ALLAH setelah aku naik ke surga, seperti yang mereka ajarkan kepadamu, maka firmanNya begini: Aku naik ke surga mengambil tempat duduk ALLAH BAPA,karena aku sudah menjadi satu dan sama dengan ALLAH BAPA, bukan duduk di sebelah kanan ALLAH BAPA. AKU SELALU BERKATA: ALLAH BAPA LEBIH BESAR DARIPADAKU, TETAPI MEREKA TETAP MENYAMAKAN AKU DENGAN ALLAH YANG SUDAH KUKATAKAN ALLAH ITU ESA. Seperti sabdaku dalam injil Yohanes 14:28 “ Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.’
Ada satu ayat lagi yang tertulis: Pada hari kiamat tidak ada seorangpun yang tahu, anak pun tidak, hanya BAPA saja. Artinya aku pun tidak tahu, nanti bila sudah tiba saatnya, ketika itulah ALLAH akan mengutus aku mengiamatkan dunia ”.
Yesus pun melanjutkan, dan aku pun terpaku: “Kedua ayat ini sudah sangat jelas buat orang-orang yang
60
menolak Keesaan ALLAH. Sekiranya mereka tidak percaya yang kamu terima daripadaku ini, karena iblis masuk melalui guru-guru mereka yang menyesatkan dalam menterjemahkan firman ALLAH yang kusampaikan dengan kiasan, maka Aku sampaikan dengan jelas kepadamu tentang hubungan ALLAH BAPAKU dengan aku sendiri dan mereka tidak bisa berdalih lagi setelah mengetahui firman ini”.
Aku merasakan Yesus memberikan pemahaman kepadaku tentang hal sederhana namun rumit dan kompleks ini. Apalagi ketika hal ketuhanan ini sudah didogmakan oleh institusi gereja. Turun temurun di dalam lipatan waktu yang panjang dan tertimbun berlapis sedimen kehidupan. Yesus membantuku untuk membedakan antara hakekat yang nyata dan ungkapan yang berupa kiasan. Perihal keEsaan ALLAH, Dia Yang Maha Tunggal, adalah kebenaran dan hakekat yang nyata. Suatu transendensi mutlak. Sedangkan penyebutan Yesus kepada ALLAH sebagai BAPA adalah kiasan, untuk menunjukkan hakekat ALLAH Yang Esa sebagai asal dan sumber dari mana segala sesuatu lahir menjadi alam semesta, dan sekaligus menjadi tempat kembalinya segala sesuatu itu ketika mereka hancur. Aku juga jadi memahami bahwa penyebutan ALLAH BAPA oleh Yesus menunjukkan kedekatan hubungan di dalam kasih, peribadatan, penghambaan dan di dalam tugas-tugas kerasulan di alam dunia. Jadi, hubungan ANAK dan BAPA dalam hal ini bukanlah dalam pengertian relasi biologis, sehingga Yesus bisa disebut sebagai ALLAH Anak atau bahkan Tuhan ALLAH. Sama sekali bukan seperti itu. Melainkan hanya kiasan, sebagaimana firman-firman ALLAH yang telah disampaikan Yesus.
61
Oleh karena itu, dengan keseluruhan pengalaman yang aku terima ini, akar keyakinanku serasa dicabut, dicuci, dikucek. Lalu aku juga merasakan tanah hatiku seperti dicangkuli untuk ditanamkan kembali akar keyakinanku yang telah diperbaharui. Rasanya begitu sakit, begitu perih. Menggoncangkan, namun juga mengandung harapan yang jauh ke depan dalam kedamaian dan keberkahan. Namun aku menjadi semakin gelisah, benturan antara hati, rasio dan lingkunganku terus membuncah. Bagaimana aku mesti merumuskan keyakinan dan tuntunan keagamaanku selanjutnya? Bagaimana aku menyampaikannya ke orang lain? Apakah orang akan mempercayaiku? Apakah bukan malah membuat mereka akan mentertawakan dan mencaciku? Sampai di sini aku jadi tambah gamang. Aku bingung dan jadi begitu minder, seperti mau gila.
Aku menyadari betul siapa diriku sebagai orang awam dalam hal agama, dengan segala kekurangan-kekurangan yang ada padaku. Apalagi duniaku sehari-hari di dunia entertaintment yang terlebih sering mendapat cap negatif yang semakin menambah merosotnya rasa percaya diriku. Dengan situasi yang seperti ini, aku juga memahami betul kalau ada orang yang cenderung tidak mempercayaiku karena alasan sosok pribadiku. Aku sungguh tidak membenci atau bahkan mendendam mereka. Aku sendiri merasa tidak punya hak dan kewenangan untuk berbicara soal agama. Siapa aku ini?
Untuk membantu merumuskan caraku menyampaikan keyakinan, aku pernah mencoba masuk sekolah theologi. Alasanku waktu itu, aku harus punya dasar yang diakui dunia untuk menyampaikan kepada saudara-saudaraku kaum Nasrani apa yang aku terima. Baru sekitar
62
satu bulan di sana, ketika dosennya mengajarkan bahwa Yesus adalah Allah, tiba-tiba Ruh ALLAH yang ada di dalam diriku mengamuk, dadaku bergelombang bagikan ombak dan terlihat jelas dengan kasat mata. Aku langsung keluar. Namun aku tidak bisa menyalahkan mereka, karena ajaran seperti itulah yang juga mereka terima dari pendahulunya. Yesus katakan padaku tidak bisa menghukum mereka karena begitulah yang diajarkan turun temurun dari nenek moyangnya.
Demikianlah, aku merasa Tuhan tidak pernah meninggalkanku. Aku yakin Tuhan selalu punya rencana baik terhadap semua hamba-Nya. Termasuk aku. Di luar kesadaran dan kendaliku, aku sering merasa mendapat peneguhan-peneguhan dari Tuhan yang membuatku kuat menahan beban konflik multi dimensi ini. Bentuknya bisa beragam, seperti munculnya energi batin yang kuat, yang membuatku sangat peka menangkap tanda-tanda di dalam diri maupun lingkungan sekitarku. Keajaiban-keajaiban kecil sering menolongku dalam menjalani kehidupan sehari-hari, meyakinkanku bahwa Tuhan senantiasa bersamaku. Kadang tanda-tanda itu berupa mimpi, omongan orang lain atau suara gaib. Yang paling meyakinkan dan membuatku tenang adalah melalui kitab suci ketika aku dipertemukan ayat-ayat suci berkenaan dengan situasiku.
Aku jadi ingat, jauh sebelum peristiwa spiritual itu, dan terlebih-lebih setelahnya, aku kerap mendapat penglihatan. Penglihatan yang dapat menjadi petunjuk dan pertanda. Bukan mimpi, melainkan sebuah visi yang bermakna. Penglihatan yang memberiku satu pelajaran atau hikmat. Kadang aku langsung paham maksudnya tapi kadang aku tidak bisa menangkap maknanya pada saat menerimanya.
63
Mungkin tergantung pada kondisi hatiku juga.. Kadang visi itu datangnya kepada orang-orang dekatku: ibu, kakak, adik, kawan, bahkan pembantu rumah.
Begitulah, kalau ada peristiwa penting dalam hidupku, sebelumnya hadir visi yang memberi petunjuk. Beberapa waktu sebelum peristiwa terangkat tahun 1994 itu, temanku Uci ‘melihatku’ dalam mimpi sedang bertarung dengan mahluk besar yang bentuknya setengah naga dan setengah manusia. Tampangnya sangat menyeramkan sekali. Dalam pertarungan itu disekujur tubuhku menempel berbagai macam jenis senjata. Setelah beberapa saat bertarung, aku ditelan oleh mahkluk itu. Namun tak lama kemudian, mahluk itu meledak, dari dalam tubuhnya yang pecah, keluarlah sehelai selendang merah, melayang. Sesampainya selendang merah itu di tanah, tiba-tiba ia berubah jadi diriku. Aku hidup kembali. Apa makna penglihatan ini? Tuhan Maha Tahu. Tapi aku merasa ini sudah jadi pertanda, yang satu sama lain saling berkaitan. Beberapa bulan setelah penglihatan Uci ini, aku mengalami peristiwa 6 hari itu.
Kemudian, setelah peristiwa 6 hari itu, aku memperoleh visi melihat gunung terbelah, bukit-bukit dan pepohonan terbang seperti kapas. Angin puting beliung tiba disertai gelombang suara seperti yang terasa pada saat aku mengalami peristiwa enam hari itu, sekilas terdengar lagi. Bumi tiba-tiba terbelah dan semua tersedot ke dalamnya. Hanya rumah dan tanah yang aku tempati yang tidak terbawa. Walaupun aku tak melihat satupun wajah dari anggota keluargaku, tapi dibenakku aku merasa saudara –saudarakulah yang berada dalam rumah itu. Waktu aku berdiri di depan rumah menyaksikan angin puting beliung itu, tiba-tiba seorang teman yang sempat terbawa arus
64
gelombang puting beliung besar itu lewat depanku, dalam benakku ia adalah sahabatku, tapi aku tidak mengenalnya. Kuayun tangan kiriku, dari kanan ke kiri hingga orang itu masuk halaman rumahku. Aku melihat Yesus duduk bersimpuh, dengan tangan menengadah ke atas, dengan ekspresi wajah yang sulit kulukiskan, betapa serius dan jengkel namun berwibawa sekaligus teduh:
Ya Allahku, buatlah mereka seperti dedak yang beterbangan, seperti jerami yang ditiup angin! Seperti api yang membakar hutan, dan seperti nyala api yang menghanguskan gunung-gunung, kejarlah mereka dengan badai-Mu, dan kejutkanlah mereka dengan puting beliung-Mu; penuhilah muka mereka dengan kehinaan, supaya mereka mencari nama-Mu, ya Tuhan! Biarlah mereka mendapat malu dan terkejut selama-lamanya; biarlah mereka tersipu-sipu dan binasa, supaya mereka tahu bahwa Engkau sajalah yang bernama Tuhan, Yang Mahatinggi atas seluruh bumi.
Mazmur 83 : 14-19
Aku begitu takut, bingung dan gemetar. Lalu Yesus kembali mengulangi kata-katanya, suaranya menggema di lubuk hatiku. “Jangan kamu takut dan gentar. Sampaikanlah apa yang aku katakan, sembahlah ALLAH Tuhan kita Yang Esa. Akulah jalan kebenaran menuju-Nya, untuk semua umat manusia. Kasihilah manusia sesamamu seperti terhadap diri sendiri.”
65
Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman Tuhan, yang mengasihani engkau.
Yesaya 54 : 10
Memang tidak selalu berupa impian, terkadang antara sadar dan tidak, aku seperti diperlihatkan film dari peristiwa itu. Oleh karena itu aku bisa memersiapkan diri dalam menyambutnya. Memang, kerap juga aku mengabaikan penglihatan-penglihatan itu. Aku sering lebih mengedepankan pilihan yang rasional. Dan akibatnya selalu fatal. Apa yang aku anggap baik ternyata buruk, sebaliknya apa yang aku nilai buruk itu ternyata jauh lebih baik. Aku jadi seperti linglung, karena pertentangan penglihatan batin dan penglihatan rasional itu. Apalagi kalau sudah terbentur dengan rasio umum. Dalam gejolak ini, aku mendengar suara Isa al-Masih yang memerintahku untuk berpuasa, dan ini menjadi dorongan batin yang kuat. Karena sadar bahwa ada kekuatan di luar kendaliku, aku mengikutinya, berusaha selalu rutin berpuasa. Bahkan sekarang sudah menjadi kebutuhan hidupku. Dalam seminggu paling tidak aku tiga hari berpuasa, tidak makan, minum dan menahan nafsu-nafsu lainnya dari mulai fajar hingga terbenamnya matahari. Niatku berpuasa untuk membersihkan hati dan jiwa, agar lebih peka untuk menerima hikmat dari padaNya. Aku iringi pula puasaku itu dengan doa. Menurut Isa al-Masih, inilah hal yang paling layak dilakukan umat beriman: berpuasa dan berdoa. Yesus Kristus memerintahkan aku puasa supaya
66
Ruh Allah dapat membimbing dan mengingatkan segala yang dia katakan ketika itu. Benar apa kata Yesus, Roh Kudus menuntun tanganku membuka halaman demi halaman Alkitab dan aku menemukan semua yang dikatakan Yesus ketika itu, ada tertulis di dalam Alkitab dan al-Qur’an.
Aku teringat kata-kata Isa al-Masih sebelum meninggalkan aku ketika itu. Dia berkata, “Aku akan tinggalkan kamu, tapi kamu tidak aku tinggalkan sebagai yatim piatu, tapi aku akan minta kepada Tuhan ALLAH untuk mengutus Roh Kudus supaya menemani kamu dan mengingatkan kamu semua yang aku katakan kepadamu di waktu aku ada bersama-sama dengan kamu.” Kata-kata langsung dari Yesus yang selalu kuingat ini pun ternyata aku (diper)temukan dalam Alkitab:
Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.
Yohanes 14 : 15 -18
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam
67
nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu
Yohanes 14 : 25-26
Begitulah, aku pasrah. Karena tak kuasa menjelaskan semua kejadian, peristiwa dan gejala yang menimpaku dengan rasioku yang sangat terbatas. Aku terus mengalir saja menjalani hidupku. Kujalani saja semua pertentangan baik di dalam diriku sendiri, maupun dengan lingkungan sekitarku. Baik itu pertentangan antara suara batin dengan rasio, atau pergolakan di dalam sistem keyakinan. Namun, aku terus berdoa agar bisa menjadi manusia sesuai yang dikehendaki oleh-Nya.
Jadi, nyatakah peristiwa 6 hari yang aku alami itu? Aku nggak sanggup berfikir dan menjelaskan ini secara rasional, tapi aku terus mendengar dan mempercayai suara batinku. Aku mencoba tabah menjalani ini semua, mengalami pertentangan di dalam diri, dan benturan kiri-kanan dengan lingkunganku yang tidak mempercayaiku. Di luar kendali rasioku, aku sering menuruti kata hatiku, pergi meninggalkan urusan bisnis yang bernilai tinggi secara material, hanya untuk jalan-jalan yang ternyata ketemu dengan seseorang, berbincang-bincang dan berujung pada soal-soal keesaan ketuhanan ini. Dalam berbagai kesempatan, tanpa sadar tiba-tiba perbincanganku dengan berbagai kalangan ‘berbelok’ ke masalah-masalah ketuhanan. Bahkan pernah Injil yang sedang dipegang temanku, Sandra, terbuka sendiri dan ternyata pas pada ayat yang berkenaan dengan topik yang sedang kami perbincangkan. Aku dan
68
Sandra jadi heran karena waktu itu hal seperti ini belum terbiasa, masih asing. Namun aku merasa pengetahuanku terus bertambah. Dalam perbincangan-perbincangan itu, aku merasa selalu dipertemukan dengan kata-kata untuk membahasakan pengertian-pengertian yang sudah tertanam di hatiku.
Roh Kudus senantiasa membimbingku. Itu yang pernah disampaikan Yesus kepadaku. Dan itu pulalah yang aku rasakan dan yakini, ketika aku dicecar banyak sanggahan ketika menyampaikan pesan Yesus. Banyak pendeta menuduhku kerasukan Iblis yang menyerupai wajah Yesus. Ada suara di dalam hatiku, membacakan firman-firman-Nya.
Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau.
Yeremia 1 : 8
Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.
Yohanes 14 : 24
Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada
69
Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.
Yohanes 14 : 28
Demikian juga, ketika aku hampir frustasi berkaitan dengan pengalaman 6 hari itu, karena tidak ada seorangpun yang dapat memahami dan menjelaskan apa yang aku alami saat itu. Ada dorongan dalam diriku untuk berpuasa tiga hari, tiga malam di dalam kamar tanpa melakukan kegiatan duniawi. Dalam masa berpuasa itu aku (diper)temukan ayat dalam Kitab Suci yang ternyata persis dengan yang disampaikan Yesus kepadaku ketika itu
Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: “Hukum manakah yang paling utama?” Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini. Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia
70
seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan. Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Markus 12: 28 - 34
Aku bangkit lagi terlepas dari frustasiku. Ya. Aku masih ingat betul, ayat-ayat tentang dua hukum utama itu berulang-ulang disampaikan Yesus pada saat aku mengalami peristiwa 6 hari itu, lalu datang pula melalui penglihatan, dan terdengar dibacakan tanpa tampak siapa yang mengucapkan. Kata-kata “Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini”, terus terngiang di telingaku. Jadi, sekarang aku semakin yakin, tak ada keraguan lagi, bahwa pengalamanku nyata, Isa al-Masih hadir sebagai Utusan-Nya, menyampaikan pesan keimanan dan kemanusiaan, menjadi Jalan Kebenaran, bagiku dan seluruh umat manusia.
Barangsiapa memegang perintahku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diriKu kepadanya.
Yohanes 14 : 21
Aku merasa kuat, tidak goyah lagi bila sebagian pendeta menghujatku, karena ternyata apa yang kualami nyata dan ada tertulis dalam Alkitab, Jadi, aku tidak sedang
71
mengalami halusinasi, atau kerasukan iblis yang menyerupai Yesus seperti yang dituduhkan kepadaku. Tetapi Tuhan ALLAH yang memproses aku dan Isa al-Masih sendiri yang hadir menampakkan diri, menyampaikan pesan untuk memperbaharui keimananku dan semua manusia.
72
Kisah 7
Terlahir Kembali
Pada hari keenam dalam peristiwa itu aku seperti seseorang yang baru lahir. Secara fisik dan tingkah laku, teman-teman dan keluargaku melihatku menjadi bayi dan anak kecil lagi. Namun masih saja mengganjal pertanyaan di benakku. Apa sesungguhnya hakekat peristiwa yang aku alami itu? Apa makna penampakan fisik dan tingkah lakuku yang menjadi seperti bayi kembali? Kalau aku dilahirkan kembali, siapa yang melahirkanku? Ya, secara batin, aku merasa mengalami peristiwa dilahirkan kembali. Tetapi bagaimana menjelaskannya? Dulu, aku pernah dilahirkan oleh mamiku, sebagai bayi. Aku sudah lupa rasanya dilahirkan waktu itu. Kemudian setelah dewasa dan menikah, aku pernah melahirkan bayi. Aku merasakan benar, bagaimana sakit dan berdarah-darahnya seorang ibu ketika melahirkan anak. Tetapi pengalaman yang sekarang lain. Unik. Sekarang aku merasa menjadi bayi yang dilahirkan kembali, namun justeru aku yang (dilahirkan) merasakan kesakitan luar biasa, tiada tara. Bahkan rasanya jauh lebih sakit dari ketika aku melahirkan dulu. Tentu saja, sekarang aku lebih nyaman mengalir menjalani hidup, karena aku merasa lebih dekat dan lebih akrab dengan Tuhan. Aku ingin selalu sejalan dengan Kehendak-Nya. Kesakitan yang kurasakan itu ujianku.
73
Atau akibat jiwaku dan semua doktrin-doktrin keimananku sebelumnya sedang dicuci dan dikucek supaya bersih dari dosa dan noda kehidupan yang ditempuh sebelumnya.
Tetapi hal tersebut masih belum menjelaskan pertanyaan-pertanyaanku. Aku belum menemukan jawaban yang menenangkan terhadap hakekat pengalamanku sampai 6 (enam) tahun dari peristiwa yang pertama kali terjadi tahun 1994. Apakah makna dari pengalamanku? Aku sudah coba bertanya ke berbagai kalangan, termasuk agamawan maupun rohaniwan. Tentang makna peristiwa yang aku alami itu, juga tentang semua kegelisahanku. Namun bukannya jawaban menenangkan yang aku dapat, melainkan justru kekecutan hati. Tidak ada penjelasan yang diberikan, malah lebih banyak stigma: dari mulai stress, trauma, gila sampai bid’ah dan murtad.
Aku bersyukur pada Tuhan, pada akhirnya, walaupun setelah enam tahun dari kejadian itu, dalam keadaan puasa dan berdoa, aku dipertemukan dan diperdengarkan kembali dengan ‘rekaman’ dialog antara Yesus dengan seorang Pengajar Israel, Nikodemus, di dalam Alkitab:
Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: “Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.” Yesus menjawab, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah.” Kata Nikodemus kepada-
74
Nya: “Bagaimanakah mungkin seseorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan kembali?” Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari roh.” Nikodemus menjawab, katanya: “Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?” Jawab Yesus: “Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi?”
Yohanes 3 : 1 - 12
Sekarang segalanya menjadi gamblang bagiku. Aku terlahir kembali secara ruh. Ya, Ruh-ku telah dilahirkan kembali oleh Tuhan. Apa maknanya? Sebuah metamorfosa. ALLAH memberiku petunjuk tentang jalan hidup yang benar. Membersihkan jiwaku, supaya aku dapat melihat dan
75
masuk dalam Kerajaan ALLAH, seperti telah disampaikan Isa al-Masih di atas. Itulah hidup sejati. Aku mengalaminya, dan dapat melihat bahwa Kerajaan ALLAH itu nyata. Ada struktur dan kabinet, tetapi tidak ada hiruk-pikuk bahasa di sana. Tenang. Pengetahuan, pemahaman dan keyakinan begitu penuh dan melimpah di Sana. Semua satu. Ada gradasi, ada spektrum, ada banyak beda, aneka warna, namun semua satu, menyatu dan dalam kesatuan. Kekosongan, tetapi penuh. Tidak perlu penjelasan. Betapa damai, namun agung. Begitu penuh ampunan, namun begitu wibawa, menakutkan dan menggetarkan. Tak ada kemungkinan lain bagi segala mahluk di dalam Kerajaan-Nya, selain bersujud di bawah hadirat-Nya.
Mungkin banyak yang tidak percaya hal ini, tetapi aku bisa memakluminya. Semua aku pasrahkan kepada Tuhan. Di dalam kisah Al-Kitab di atas, bahkan pendeta Nikodemus saja tidak bisa memahami penjelasan Yesus. Dan Yesus juga menganggapnya percuma memberi penjelasan, karena pasti tidak bisa dipahami. Karena ini hal yang mesti dialami. Alih-alih diriku menjelaskan, padahal Yesus telah bersaksi tentang hal-hal yang dilihat, tetap saja mereka tidak percaya. Seperti: Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikian halnya orang yang dilahirkan dari roh. Tidak ada yang tahu, kecuali yang mengalaminya. Aku sekarang jadi lebih tenang, kalau banyak yang tidak bisa memahami pengalamanku ini. Aku juga tidak takut lagi. Ini memang perkara rahasia, rahasia ALLAH. Tidak banyak orang yang bisa memahaminya. Tidak ada jaminan, betapa pun dia pendeta, cerdik pandai atau pejabat, kecuali kalau dikehendaki-Nya.
76
Ia terus mengingatkanku. Betapapun jelas aku menyampaikan kesaksianku, mereka tidak menerima, karena mereka adalah orang-orang dunia, yang hanya mengejar hal-hal duniawi. Ajaran-ajaran mereka adalah penafsiran manusia untuk kebutuhan duniawi semata. Sedangkan yang aku sampaikan adalah hal-hal sorgawi.
Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
Matius 15 : 8 – 9.
Isa al-Masih sendiri dibenci oleh dunia, oleh orang-orang yang mengejar dunia. Oleh karena itu, Isa al-Masih menguatkanku supaya jangan takut kepada guru-guru dunia itu, karena yang mengajariku adalah Guru Sorgawi, Guru dari segala guru. Terus sampaikan kepada mereka, “Sembahlah Allah, Tuhan Allah kita. Tuhan itu Esa. Tidak ada yang selain Dia. Akulah jalan kebenaran bagi semua umat manusia menuju-Nya”. Mulutku dituntun-Nya untuk menyampaikan Kebenaran dan menjawab semua tuduhan-tuduhan mereka.
Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.
Yohanes 15 : 18 – 19
77
Sekarang aku juga semakin menyadari bahwa hikmah semua ketergelinciran, kepahitan dan keperihan hidup yang aku alami. Sampai pada puncaknya tahun 1994 itu, ketika semua orang yang aku cintai mencampakkanku. Semua itu sudah menjadi garis hidupku, Kehendak ALLAH. Puncak kepahitan itu menjadi pemicu bagi ‘kenaikanku’ menuju pintu gerbang Kerajaan ALLAH. Ketika aku berhasil mengalahkan ego kebencian, kepedihan dan kekecewaan dengan airmata kasih dan keikhlasan. Ketika aku memintakan berkah untuk semua yang telah menyakitiku.
Dan seperti sudah aku ceritakan di muka, beberapa hari sesudah hari keenam peristiwa spiritual itu pula, ada batu putih yang keluar dari mulutku. Bentuknya kecil seperti kolang-kaling. Batu putih itulah yang menjadi tanda identitas baru setelah aku ‘dilahirkan’ kembali.
Barang siapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapa pun, selain oleh yang menerimanya.
Wahyu 2 : 17
Sesungguhnya, semuanya ini dilakukan Allah dua, tiga kali terhadap manusia: mengembalikan nyawanya dari liang kubur, sehingga ia diterangi oleh cahaya hidup.
Ayub 33 : 29-30
*****
78
Identitas baru ini bukanlah sesuatu yang terlepas dari sejarah hidupku sendiri. Aku baru menyadari, bahwa Tuhan membentukku selama ini melalui berbagai peristiwa dan perilaku. Tuhan selalu mendorongku untuk melakukan sesuatu atau meninggalkannya. Seperti misalnya dalam hal makanan, selain ikan laut, aku tidak makan daging, termasuk daging babi. Mamiku bercerita bahwa aku sejak balita selalu menolak daging babi. “Sepertinya badanmu sudah tidak diijinkan kemasukan yang haram”, kata Mamiku suatu saat. Padahal di Manado, hampir setiap acara mesti dihidangkan babi panggang, dan aku selalu menolak mendekati tempat pesta itu. Dulu mereka mengira karena aku jijik melihat bentuknya. Mereka coba mengelabuiku diam-diam dengan mengirisnya kecil-kecil, menutupi dan mencampurkannya di dalam sup kacang merah. Namun ternyata aku selalu memuntahkannya.
Mereka yang menguduskan dan mentahirkan dirinya untuk taman-taman dewa, dengan mengikuti seseorang yang ada di tengah-tengahnya, yang memakan daging babi dan binatang-binatang jijik serta tikus, mereka semuanya akan lenyap sekaligus, demikianlah firman Tuhan.
Yesaya 66 : 17
Untuk itu pula Tuhan membimbingku untuk membuang sifat-sifat yang ada dalam diriku, yang kurang berkenan kepada-Nya. Tuhan mendorongku mengembangkan sikap-sikap baru yang lahir dari susu ruhani yang murni dan diridloi-Nya. Sifat-sifat yang muncul dari kebaikan Tuhan, sifat-sifat yang menyelamatkan.
79
Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan. Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.
Petrus 2 : 1 - 6
Akar dari segala sifat baik adalah kasih dan murah hati. Karena itu Tuhan menekankanku untuk mengenakan sifat ini, di luar tubuh maupun –terlebih lagi-- di dalam hati. Tentu saja, segala tindakan baik ini mesti dilandasi keimanan kepada Tuhan Yang Esa secara utuh dan pasrah kepada-Nya secara total. Segala tindakan baik pada hakekatnya adalah tindakan Dia.
Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah
80
serta manusia. Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Jangan engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan, itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu. Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air anggurnya.
Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan Tuhan, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. Karena Tuhan memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi. Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga dari pada permata; apapun yang kau inginkan tidak dapat menyamainya.
Amsal 3 : 3 – 15
Untuk dapat mengenakan sifat kasih dan segala kebaikan, secara lahir dan batin, tentu saja tidak mudah dan bukan hal instan. Manusia dengan segala kodrat dan atribut manusiawinya membutuhkan tahapan dan proses belajar, jatuh-bangun. Tuhan Maha Tahu dan Maha Memberitahu sekaligus. Dia senantiasa membimbing manusia dan memberinya peringatan. Hanya saja manusia sering lupa dan abai, bahkan ingkar. Dalam konteks ini, Tuhan mendorongku
81
untuk mencintai pengetahuan dan hikmat. Mencondongkan hatiku dan seluruh perangkat inderawiku kepada didikan Tuhan, mendengar dengan seksama dan penuh ketaatan akan segala perintah dan larangan-Nya. Semua itu mesti ditangkap melalui hikmat, supaya kita dapat mengenal ALLAH secara utuh. Dan pada saat yang sama, mengenal ALLAH secara utuh akan membuat kita menjadi bijaksana. Membuat kita mengerti akan kebenaran, keadilan dan kejujuran.
Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, sehingga telingamu memerhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menunjukkan suaramu kepada kepandaian, jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memeroleh pengertian tentang takut akan Tuhan dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian. Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia. Maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik. Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu; kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau supaya engkau terlepas dari jalan yang jahat, dari orang yang mengucapkan tipu muslihat,
82
dari mereka yang meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang gelap; yang bersukacita melakukan kejahatan, bersorak-sorak karena tipu muslihat yang jahat, yang berliku-liku jalannya dan sesat perilakunya ... Sebab itu tempuhlah jalan orang baik, dan peliharalah jalan orang benar.
Amsal 2 : 1 – 15, 20
Aku sadar bahwa diriku hanyalah perantara. Tempat harta kekayaan itu mampir, untuk kemudian disalurkan kepada siapa saja yang memerlukan. Ya, aku tentu berhak untuk menggunakannya sebagai penghiburan atas kerja kerasku. Sekarang, motivasiku mencari uang bukanlah semata untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Tetapi lebih didorong oleh satu visi agar bisa berbagi. Tentu saja, dalam misi membangun sarana-sarana berbagi itu, mesti didukung manajemen yang baik dan jujur. Aku selalu merasa diingatkan Tuhan ketika dipertemukan dengan ayat tentang harta, melalui Isa al-Masih, Tuhan terus mengawasi langkah-langkahku.
Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Ini pun sia-sia. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya? Enak tidurnya orang yang berkerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur.
Pengkhotbah 5 : 9 - 11
83
Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: “Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi,” sedangkan yang diminta ada padamu.
Amsal 3 : 27 – 28
Aku menyadari bahwa banyak anugerah yang dilimpahkan Tuhan dalam diriku. ALLAH telah menyelamatkanku dari kehancuran dan kematian. Dia mengampuni kesalahanku dan menarik tanganku ketika aku tergelincir. Semua anugerah yang aku terima adalah amanah yang harus aku pikul dan harus aku sampaikan. Semua demi Keagungan dan Kesempurnaan-Nya, demi Nama-Nya semata, demi kasih Tuhan Yang Esa kepada semua umat manusia: Demi DIA semata. Dengan bimbingan ALLAH melalui ruh dan utusan-Nya, Isa Al-Masih, aku ingin berbagi kepada orang-orang yang membutuhkannya, tanpa melihat latar belakang agama dan kepercayaannya.
84
Kisah 8
Pesan KeEsaan ALLAH
Sembahlah olehmu ALLAH, Tuhan ALLAH kita, Tuhan itu Esa. Aku lah jalan kebenaran menuju-Nya untuk semua manusia. Dan kasihilah manusia sesamamu, seperti dirimu sendiri.
Dalam pengalaman terangkat, aku menyaksikan dan mendengar dengan jelas, pesan-pesan Isa al-Masih. Terutama berkaitan dengan hukum utama, yaitu, “Sembahlah olehmu ALLAH, Tuhan kita Yang Esa. Aku lah jalan kebenaran menuju-Nya untuk semua manusia. Dan kasihilah manusia sesamamu, seperti dirimu sendiri.” Pesan itu begitu kuat terdengar dari relung hati terdalam. Terasa hingga ke seluruh jaringan urat sarafku. Seluruh tubuh dan jiwaku bergetar. Keringat dinginku merembes ke seluruh pori-poriku. Aku terikat dengan pesan yang begitu sederhana namun begitu dalam melebihi samudera. Begitu singkat, namun sangat luas menjangkau semua ujung dunia, melampaui cakrawala. Aku menyaksikan ekspresi Isa al-Masih ketika mengatakannya, namun sulit kulukiskan dengan kata-kata. Begitu penuh, utuh, namun terasa luar biasa kaya nuansa keserbamungkinannya. Ibarat biji dari seluruh biji semua pohon yang ada di dunia. Sesuatu yang sangat kecil namun mengandung potensi menumbuhkan dan membuahkan
85
bermilyar-milayar tanaman dan buah-buahan. Beraneka rupa dan beraneka rasa. Isa al-Masih diliputi karakter Pengetahuan Ketuhanan yang sempurna. Aku tak berkata apa-apa, mungkin karena kehausanku atau justeru begitu deras bergelombangnya ‘limpahan pengetahuan’ yang aku terima. Sehingga yang terjadi padaku hanyalah menyerap, menerima dan menyerap.
Pesan Isa al-Masih untuk menyembah ALLAH Yang Esa. Itu disampaikan secara berulang-ulang, di dalam berbagai kesempatan, di antara lipatan-lipatan hari. Betapa pentingnya pesan ini. Gamblang tapi misterius. Seperti sederhana, namun betapa kompleks ragam dimensinya. Singkat, namun betapa abadi jangkauannya. Mudah, namun betapa banyak manusia yang tersesat dan berperang tentangnya. Remeh, namun alam semesta akan hancur karena mengabaikannya. Ringan, namun untuk alasan inilah seluruh umat manusia dan penghuni alam semesta tercipta.
Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataanKu ke dalam mulutmu … Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam.
Yeremia 1 : 9 - 10
Sampai sekarang suara-suara Isa al-Masih yang memerintahkanku menyampaikan kepada umat manusia supaya menyembah hanya kepada ALLAH Yang Esa masih
86
selalu membayangiku. Di berbagai tempat dan kesempatan aku selalu menyampaikan hal ini. Di luar kendaliku, seandainya ada orang atau pendeta yang salah dalam menyampaikan ajaran-Nya selalu saja mulutku bergerak membetulkannya. Bahkan tak peduli dalam suasana kebaktian, hingga memunculkan perdebatan keras. Berkali-kali ini terjadi. Suara Yesus terus bergema: “Jangan kamu ragu dan gentar kepada mereka. Aku akan berbicara melalui mulut kamu. Sampaikanlah apa yang aku katakan, sembahlah ALLAH Tuhan kita Yang Esa. Akulah jalan kebenaran menuju-Nya, untuk semua umat manusia”.
Yesus atau Isa al-Masih mengajarkan penyembahan yang murni dan tulus kepada Allah Yang Esa. Penyembahan ini mesti total dan intens. Menyembah bukan karena dorongan kewajiban semata, atau bahkan kepura-puraan. Namun mengasihi-Nya secara tulus, dengan melibatkan seluruh kedirian kita yang utuh.
Dengarlah olehmu, hai Israil! Sesungguhnya Hua, Allah kita, Hua itu esa adanya. Hendaklah kamu mengasihi akan Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segala kuatmu.
Ulangan 6 : 4 – 5
Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: “Hukum manakah yang paling utama?” Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan,
87
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini. Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan. Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Markus 12: 28 - 34
Penyembahan yang total itu mesti dilakukan secara murni. Diarahkan kepada Allah semata, dengan pengetahuan dan pengenalan yang sempurna mengenai Keesaan-Nya. Dia adalah Pencipta, Pemelihara dan Penguasa Semesta. Abadi, tidak tergantung kepada ruang-waktu ciptaan-Nya. Maha Mula yang tiada bermula, Maha Akhir yang tiada berakhir. Dia Esa, Sendiri, tiada dua-Nya.
Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya ALLAH yang Benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus..
Yohanes 17 : 3
88
Beginilah firman Tuhan, raja dan penebus Israel, Tuhan semesta alam: Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku.
Yesaya 44 : 6
Ingatlah hal itu dan jadilah malu, pertimbangkanlah dalam hati, hai orang-orang pemberontak! Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah ALLAH dan tidak ada yang lain, Akulah ALLAH tidak ada yang seperti Aku
Yesaya 46 : 8 – 9
Tuhan adalah Maha Kasih. Dia adalah Kekasih Sejati, mencintai makhluk ciptaan-Nya tanpa batas. Tidak ada yang menyamai Kasih-Nya, dan karena itu tidak layak menduakan-Nya. Ia tidak rela ada sesembahan selain Diri-Nya. Kemarahan-Nya ketika diduakan tiada berampun, siksa-Nya tiada yang mampu menahan. Ketidakterbatasan-Nya adalah misteri, dan misteri-Nya adalah abadi. Alam semesta dengan segala rupa isinya, bukan bandingan-Nya dan tak mungkin menyamai-Nya. Oleh karena itu, tidaklah layak membuat gambaran visual mengenai-Nya. Adalah larangan besar menciptakan berbagai bentuk patung-patung, lalu bersujud dan menyembahnya. Sungguh, suatu dosa tak terampun.
Sungguh, Engkau ALLAH yang menyembunyikan diri, ALLAH Israel, Juruselamat. Tetapi tukang-tukang berhala harus mundur dengan penuh noda,
89
semuanya akan mendapat malu dan kena noda juga.
Yesaya 45 : 15 - 16
Sebab beginilah firman Tuhan, yang menciptakan langit, --Dialah ALLAH- yang membentuk bumi dan menjadikannya dan yang menegakkannya, --dan Ia menciptakannya bukan supaya kosong tetapi Ia membentuknya untuk didiami-: “Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain”.
Yesaya 45 : 18
Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya ...
Keluaran 20 : 3 - 5
Siapakah Yesus Kristus? Suara Yesus masih menggema di dalam hatiku “Aku lah jalan kebenaran menuju-Nya”. Kulihat sosok Yesus ketika mengatakan hal itu kepadaku dalam keadaan duduk bersimpuh, dengan tangan menengadah ke atas, berdoa kepada Tuhan. Kata Yesus kepadaku, “Aku tidak pernah mengatakan bahwa Aku Tuhan, atau Aku ALLAH. Tetapi Aku adalah jalan kebenaran menuju Tuhan Yang Maha Esa. Aku utusan ALLAH. PerkataanKu adalah tiada yang dapat sampai kepada ALLAH tanpa melalui Aku. Aku adalah jalan kebenaran menuju Tuhan Yang Maha Esa. Tidak bisakah mereka mengerti Firman-Ku ini? Mintalah kepada ALLAH Bapa dalam nama-Ku maka ALLAH akan memberikannya kepadamu. Artinya,
90
melakukan Firman ALLAH yang aku sampaikan dan contohkan, serta mengakui Aku adalah jalan kebenaran (jalan yang lurus) bagi semua umat manusia. Dan mengakui semua utusan ALLAH sesuai kehendakNYA. Setelah mengetahui kebenaran ini dan masih mengajarkan doktrin yang menyesatkan umat, maka terkutuklah kamu sekalian guru-guru/pengajar-pengajar yang tidak mau mendengarkan.
Jadi, Yesus adalah pilihan dan utusan Tuhan. Ia dipilih untuk menjadi saksi bagi Keberadaan-Nya. Tuhan mengaruniakan Yesus dengan Pengetahuan-Nya tentang KeEsaan-Nya yang Abadi. Bahwa Tuhan tidak tercipta. Sendiri. Tidak ada Allah dan Tuhan lain sebelum dan sesudah-Nya. Tuhan ALLAH adalah ESA.
Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.
Yohanes 14 : 24
Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.
Yohanes 14 : 28
“Kamu inilah saksi-saksi-Ku,” demikianlah firman Tuhan, “dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya
91
kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi. Aku, Akulah Tuhan dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku.
Yesaya 43 : 10 – 11
Bukankah Aku Tuhan? Tidak ada yang lain. Tidak ada Allah selain daripada-Ku! ALLAH yang adil dan Juru Selamat, tidak ada yang lain kecuali Aku! Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah ALLAH dan tidak ada yang lain. Demi Aku sendiri, Aku telah bersumpah, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali: Dan semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa.
Yesaya 45 : 21 – 23
Dalam hal ini, aku banyak dipertemukan dan diajarkan langsung oleh Isa al-Masih dengan berbagai ayat-ayat di dalam Al-Kitab yang menjelaskan bagaimana ajaran Isa al-Masih yang sesungguhnya. Tentang KeEsaan ALLAH dan kedudukannya sebagai Utusan-Nya. Aku selama ini tidak pernah membaca Kitab Suci secara langsung, hanya mencukupkan diri dengan menerima dogma gereja secara fanatic. Aku jadi kaget luar biasa mendapati bahwa banyak ayat-ayat Kitab Suci yang justeru membenarkan keyakinan diriku yang kudapatkan langsung dari Isa al-Masih. Kenapa
92
dogma gereja selama ini justeru ‘menyalahi’ Firman Tuhan yang diajarkan melalui Utusan-Nya, Isa al-Masih yang ada di Alkitab? Bukankah yang diajarkan oleh Isa al-Masih sebagai utusan Tuhan adalah Keesaan ALLAH semata? Dalam membaca Kitab Suci, aku berbeda dengan para pendeta. Aku langsung diterangi cahaya hidup dari Tuhan, dibimbing langsung oleh Roh Kudus dan Isa al-Masih. Isa al-Masih mengatakan walaupun ada tertulis dalam kitab-kitab, kalau sudah berlawanan atau tidak persis apa kata dia, jangan dipakai. Dia berjanji akan berdoa kepada ALLAH meminta supaya Roh Kudus menuntunku dalam seluruh kebenaran. Aku ditunjukkan oleh Tuhan, melalui Isa al-Masih, mana ayat-ayat al-Kitab yang asli memuat ajaran dari Tuhan dan mana ayat yang sudah ditambahkan pengertiannya oleh manusia.
Seruan sejati Isa al-Masih kepada umat manusia adalah “Sembahlah ALLAH Yang Esa”. Pesan ini terus disampaikannya hingga sekarang. Aku tak pernah lupa gambaran ketika ia ‘hadir’ untukku melalui berbagai cara, lewat penglihatan, lewat ‘pengalaman terangkat’ itu, atau seperti suara keras tanpa tampak wujudnya. Kata-katanya itu terus terngiang di telingaku. Dia meluruskan pemahaman yang selama ini aku terima. Bahwa dalam berdoa harus langsung kepada Allah Yang Esa, walaupun sudah mengatasnamakan Isa al-Masih. Dengan kata-kata ini pula, Yesus mau meluruskan pandangan dan perilaku umatnya yang salah terhadap dirinya, yaitu mereka yang menganggap dan menyembahnya sebagai tuhan.
“Tetapi sekarang aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku …”
Yohanes 16 : 5
93
Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya ALLAH yang Benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus..
Yohanes 17 : 3
Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu. Tuhanku, sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu.
Yohanes 17 : 6 - 7
Dalam ayat-ayat ini, Yesus menyebutkan dirinya sebagai utusan Tuhan. Yesus pergi kepada Tuhan yang telah mengutusnya untuk melaporkan mengenai tugas yang dijalankanNya di dunia. Yesus menjelaskan bahwa perbuatan-perbuatan ajaibnya yang melampaui batas-batas kemampuan manusiawi. Seperti Ia menyembuhkan orang buta sejak lahir dan bahkan menghidupkan orang yang mati dari dalam kuburan, membentuk burung dari tanah dan meniupnya maka ia menjadi burung yang sebenarnya (hidup) . Kesemua itu bisa terjadi karena pemberian ALLAH. Isa al-Masih menjelaskan bahwa semua itu dimungkinkan karena kuasa Tuhan, bukan dari dirinya. Sangatlah jujur apa yang disampaikan oleh Isa al-Masih.
94
“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Matius 7 : 21 - 23
Memang, Isa al-Masih tidak bisa disebut atau disamakan dengan manusia biasa. Karena ia tidak dilahirkan melalui proses biologis biasa, yaitu pertemuan air (sperma) laki-laki dan air (sperma/ovum) perempuan melalui hubungan sex. Melainkan percampuran antara air dari perawan suci Maryam dengan Ruh Suci langsung dari Tuhan tanpa melalui perantaraan ruh manusia, yang ditiupkan oleh Malaikat Jibril (dalam rupa manusia) yang diutus Tuhan membawa Firman-Nya. Oleh karena ruhnya yang suci, beliau terjaga dari nafsu-nafsu rendah manusia. Terhindar dari godaan setan dan iblis. Namun demikian, tidak bisa disebut bahwa Isa al-Masih itu Tuhan. Dia tetaplah mahluk ciptaan Tuhan, yang lahir dari Kuasa-Nya dan termasuk hamba-Nya, hamba yang utama dan mulia di sisi-Nya.
Ketika membaca ayat-ayat (Matius 7 : 21-23) di atas, Yesus telah mengingatkanku, “Tidakkah engkau mengerti arti kata-kataku ini? Sebelum semuanya ini terjadi Aku telah
95
mengetahui dan telah mengatakannya supaya kamu ingat dan tidak mengikuti pengajar-pengajar demikian yang menyesatkan umat Tuhan. Seharusnya aku sambut dan merangkul mereka yang memanggil-manggil Aku, Tuhan Tuhan, kami sudah mengusir setan demi nama-Mu! Tetapi firmanKu kepada mereka: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah daripada-Ku kamu sekalian pembuat kejahatan! Yang aku ajarkan dan yang keluar dari mulutku sendiri adalah : Sembah dan meminta hanya kepada Tuhan ALLAH Yang Esa, firman yang tertulis di Alkitab, hukum yang paling utama (Markus 12 : 28 -34).
Yesus diutus Tuhan untuk menyampaikan Keberadaan-Nya kepada umat manusia di dunia. Yesus mengajarkan kepada manusia untuk mengenal Tuhan ALLAH, mendidik manusia untuk senantiasa menyebut nama-Nya. Yesus menyampaikan firman-firman Tuhan kepada manusia, supaya manusia mengEsakan Tuhan senantiasa. Sebagai penyeru umat manusia kepada Keesaan ALLAH, kedudukan Isa al-Masih adalah sebagai Utusan Pilihan-Nya. Ia diutus untuk membimbing dan mendidik umat manusia dalam mengabdi kepada ALLAH secara tulus dan benar. Menjaga dan mengatur hubungan-hubungan antar manusia sebagai sesama mahluk Tuhan secara benar, yaitu yang didasarkan pada kasih. Ia adalah jalan kebenaran menuju-Nya, Tuhan Yang Maha Kasih.
Sebagai seorang utusan, Isa al-Masih merupakan satu dari utusan Tuhan lainnya, yang jumlahnya tak ada yang tahu secara pasti kecuali Tuhan sendiri. Keberadaan Isa al-Masih sebagai utusan Allah bukanlah untuk meniadakan hukum-hukum nabi lainnya, melainkan menggenapinya.
Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para
96
nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak ditiadakan dari hukum Taurat. Sebelum semuanya terjadi.
Matius 5 : 17 - 18
Di samping menggenapi hukum-hukum para nabi dan utusan yang datang sebelumnya, Yesus juga memberitahukan kedatangan nabi dan utusan Tuhan setelahnya.
Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.
Yohanes 16 : 12 - 13
Maksud dari ayat di atas, menurut penjelasan yang aku terima, adalah kedatangan Nabi Muhammad setelah Isa al-Masih. Karena masih banyak yang harus disampaikan, tapi itu bukan lagi kapasitas Yesus sesuai ketentuan ALLAH. Dia
97
menyuruh umatnya untuk membenarkan dan mengikuti nabi setelahnya. Karena selang waktu hampir 500 tahun, telah terjadi pergeseran tentang apa yang telah Yesus ajarkan, terutama tentang KE-ESA-AN ALLAH. maka ALLAH mengutus nabi Muhammad yang dipilih dan disucikanNya dari antara umat manusia, untuk mengembalikan ajaran Yesus yang sudah diselewengkan serta Beliau diberikan hikmat oleh ALLAH untuk mengajarkan tentang keadilan dan akhlak manusia bermanusia “Sembahlah Tuhan ALLAH kita, Tuhan itu Esa, yang artinya Tuhan ALLAH-ku juga”, kata Tuan Yesus. “Sembahlah hanya kepada Tuhan ALLAH Yang Esa, dan taat kepadaKu, taat juga kepada semua utusan ALLAH termasuk Nabi Muhammad SAW.”
Lebih lanjut, Isa al-Masih menjelaskan bahwa ajaran dan tuntunan perilaku keagamaan Nabi Muhammad lebih mudah untuk diikuti dan dijalani oleh semua umat manusia.
Waktu itu aku berkata kepada Yesus, “Kami diajarkan bahwa Nabi Muhammad hanya Nabi Umat Muslim”. Maka Yesus pun mengatakan, “ALLAH mengutus Nabi Muhammad untuk melengkapi ajaranku yang dapat kamu contoh seutuhnya. Kamu tidak akan mampu menjalani semua yang aku lakukan karena aku tidak sama dengan kamu. Kebutuhanku tidak sama seperti kebutuhan kamu, keinginanku tidak sama dengan keinginan kamu. Aku diciptakan ALLAH tidak melalui persetubuhan antara dua manusia, laki-laki dan perempuan, yang didasari nafsu birahi. Oleh karena itu aku tidak memiliki nafsu birahi. Aku diciptakan ALLAH dari Roh Kudus yang ditiupkan kepada perawan Maria, Maryam AS. Sewaktu aku berada di dunia, aku berdoa setiap saat. Ketika aku meminta murid-muridku berdoa setiap 1 jam saja mereka tidak sanggup
98
melakukannya. Ikutilah apa yang diajarkan Nabi Muhammad karena melaluinya ALLAH memudahkan kamu untuk berdoa hanya 5 kali dalam sehari. Aku berpuasa 40 hari 40 malam terus menerus tanpa buka setiap maghrib dan sahur setiap subuh. Apakah kamu sanggup mengikuti apa yang aku lakukan itu? Yang Nabi Muhammad contohkan berpuasa 1 bulan. Dari Subuh sampai Maghrib, makan sahur sebelum subuh lalu berbuka setelah maghrib. Semua itu ALLAH ajarkan kepada kamu melalui Nabi Muhammad. Ikutilah ajarannya karena ALLAH begitu mengasihi kamu umat manusia. Maka Dia permudah semuanya agar kamu sanggup melakukan kewajiban ibadahmu kepada Tuhanmu secara langsung, sekaligus tidak kehilangan bagian (nikmat) mu sebagai manusia. Dengan segala kebutuhan dan tanggung jawabmu dengan sesamamu manusia. Melalui ajaran-ajaran-Nya itu, akhlak manusia terus diperbaiki dan disempurnakan. Ikutilah ajaran Nabi Muhammad, karena Ia diutus untuk meneruskan apa yang Aku ajarkan dan mengembalikan yang Aku ajarkan ke tempat awal. Bahwa Tuhan ALLAH itu Esa. Ajaranku itu sudah dirusak oleh si Iblis melalui guru-guru yang disesatkan oleh Iblis”.
Demikianlah, setelah terutus, Nabi Muhammad membenarkan dan menegaskan apa yang telah diajarkan Isa al-Masih. Beliau juga mengungkapkan berbagai tindakan-tindakan ajaib dan keistimewaan-keistimewaan Isa al-Masih yang merupakan nikmat dari ALLAH. Beliau juga menyuruh umatnya untuk meneladani keimanan dan kesalehan Isa al-Masih. Serta memberitakan hal-hal yang akan datang pada akhir zaman.
(Ingatlah), ketika malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan
99
kalimat (yang datang) dari pada-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).
Q.S. Ali Imran : 45
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat, dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata.”
Q.S. al-Ma’idah : 110
Isa putra Maryam berdoa: “Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan
100
dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rizkilah kami, dan Engkaulah Pemberi rizki Yang Paling Utama. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.
Q.S. al-Ma’idah : 114 - 115
Tidak seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.
Q.S. an-Nisa’ : 159
Akan tiba saatnya, pada akhir zaman, Isa al-Masih akan datang lagi ke dunia untuk memperbaharui iman manusia: supaya mereka menyembah dan mengasihi Allah, Tuhan Yang Esa, serta mengasihi sesama manusia, tanpa membedakan agama, suku dan ras. Isa al-Masih datang sebagai jalan kebenaran bagi umat manusia, jalan yang menghubungkan manusia dengan Tuhan. Di antara manusia
101
dengan Tuhan, Isa al-Masih akan bersaksi. Melalui dua hukum utama yang tak perpisahkan itu, Isa al-Masih menyeru dan mempersatukan umat manusia ke dalam persaudaraan yang tulus, yang berdasarkan kasih dan keimanan kepada Tuhan Yang Esa.
“Aku berkata kepadamu: Aku berada di semua umat yang menyembah Tuhan Yang Maha Esa, dan melakukan Firman-Nya, mengakui semua utusan-Nya. Sampaikanlah kepada semua umat, Aku berada di semua agama yang menyembah ALLAH Tuhan Yang Esa dan melakukan firmanNya. Bersatulah kamu dalam kasih dan kebenaran, menjadi satu iman dari berbagai suku dan agama yang berbeda-beda. Inilah yang ALLAH kehendaki, dan Aku perintahkan”.
Seruan ini, yang akan dipercayai dan diikuti oleh umat manusia, akan melahirkan tatanan masyarakat yang berorientasi kepada kehidupan (bukan kematian), kejujuran (bukan kebohongan), keadilan (bukan kecurangan) dan kebenaran (bukan kesesatan).
102
Kisah 9
Pesan Kesatuan Manusia
Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuatlah demikian juga kepada mereka.
Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Matius 7 : 12
Ketika Isa al-Masih mengatakan “Aku lah jalan kebenaran menuju-Nya untuk semua manusia”, karena pikiran dogmatik yang masih melekat padaku waktu itu, aku segera menyela, “Bukankah umat Islam tidak mengakui Engkau?”. Dengan kasih, Isa al-Masih membimbingku untuk keluar dari sekat-sekat, dogma dan identitas agama yang sempit. Keluar menuju cakrawala yang lebih luas dengan berpegang pada iman yang lurus dan teguh. Dia menjawab, “Tidak, aku berada juga di dalam Islam yang benar, juga di semua agama-agama yang benar, selama mereka menyembah kepada ALLAH Yang Esa, pasrah kepada Kehendak-Nya dan membenarkan semua nabi-nabi utusan-Nya. Aku tidak pernah membawa agama, aku membawa kebenaran untuk semua umat manusia.” Isa al-Masih melepaskan diri dari jeratan identitas agama tertentu, menuju kepada hukum yang lebih prinsip menurut Tuhan yaitu beriman kepada ALLAH Yang Esa.
103
“Aku lah jalan kebenaran menuju-Nya untuk semua manusia”. Isa al-Masih memberi tekanan penuh kepada semua manusia. Ini berarti terlepas dari jerat sekat agama, bahasa, ras, suku dan bangsa. Semua tak dibedakan berdasarkan kategori-kategori tersebut, semua diajaknya, diseru untuk melalui jalan kebenarannya: beriman kepada ALLAH Yang Esa, pasrah kepada Kehendak-Nya, membenarkan semua nabi-nabi utusan-Nya …
“Aku berkata kepadamu: Aku berada di semua umat yang menyembah Tuhan Yang Maha Esa, dan melakukan Firman-Nya, mengakui semua utusan-Nya. Sampaikanlah kepada semua umat, Aku berada di semua agama yang menyembah ALLAH Tuhan Yang Esa. Bersatulah kamu dalam kasih dan kebenaran, menjadi satu iman dari berbagai suku dan agama yang berbeda-beda. Inilah yang ALLAH kehendaki, dan Aku perintahkan”.
Lebih dari 10 tahun pergulatanku untuk menyadari sepenuhnya jarak dan perbedaan antara ajaran-ajaran agama yang berasal dari Tuhan langsung dengan dogma-dogma buatan manusia dan institusi agama. Pada akhirnya aku dapat membedakannya, dan memilih memegangi ajaran-ajaran Tuhan. Begitu lama aku melepaskan diri dari belitan ego dan bayang-bayang ketakutanku sendiri. Sehingga baru pada pengalaman terangkat yang keempat (2008) kemarin, aku betul-betul lahir batin meyakini semua pesan-pesan-Nya, segala implikasinya dan pasrah total pada semua Kehendak-Nya. Karena rupanya selama ini aku mempercayaiNya, namun masih banyak negosiasi manusiawiku sehingga cenderung tidak total pasrah kepada Kehendak-Nya.
“Dan kasihilah manusia sesamamu, seperti dirimu sendiri”. Inilah prinsip hukum kedua yang tidak terpisahkan dengan
104
prinsip hukum yang pertama. Keduanya adalah hukum utama, yang tak terpisahkan. Iman mesti dinyatakan dalam tindakan, karena pada dasarnya ia adalah sebuah praktek, yaitu mengasihi sesama manusia, seperti diri sendiri. Dengan mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri, hancurlah semua sekat-sekat yang memecah belah manusia, dan semua serpih-serpih itu, mesti direkat kembali melalui kasih. Melalui cinta. Inilah hukum utama tentang kesatuan manusia dan ia menjadi cermin dari keesaan Tuhan. Karena semua berasal dari Tuhan Yang Satu, maka hakekatnya manusia adalah satu, dan karena itu mereka harus selalu menyatu dan dipersatukan, di dalam Kasih, di dalam Dia.
Kasih adalah karakter dan nama Tuhan yang tertinggi, yang mesti kita kenali dan percayai. Maka barangsiapa yang menjalankan kasih berarti dia telah bertindak di dalam karakter Tuhan Allah, dan itu berarti karakter Allah ada di dalam dirinya.
Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
1 Yohanes 4 : 16
Kasih Tuhan kepada manusia terkandung di dalam perintah-perintah-Nya, sehingga barangsiapa yang menjalankan perintah-perintah Tuhan maka dia akan selalu berada di dalam kasih-Nya. Dan perintah Tuhan yang terutama adalah mengasihi sesama manusia. Ini berarti bahwa di dalam tindakan kita mengasihi sesama manusia terdapat wujud kasih Tuhan.
105
“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.”
Yohanes 15 : 9 - 12
“Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain”.
Yohanes 15 : 17
Oleh karena kesatuan antara kasih dan iman itu, maka kasih kita kepada sesama manusia adalah wujud dari kasih kita kepada Tuhan. Dan kalau kita mengasihi Tuhan, maka Dia akan mengasihi kita. Dan semakin sempurna kasih kita, maka sempurna pula kasih Tuhan kepada kita. Dan jika kita telah menjadi kekasih Tuhan maka tiada lagi rasa takut dan cemas merayapi kita. Dengan demikian, tindakan kasih dapat dikatakan sebagai tindakan pembebasan sejati, karena ia membebaskan manusia dari ketakutan.
Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia
106
membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barang siapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.
Yohanes 4 : 18 – 21
Yang dimaksudkan sebagai saudara dalam ayat tersebut di atas, bukan hanya mengasihi saudara yang ada hubungan biologis atau seagama saja, melainkan lebih kepada mengasihi saudara sesama manusia sebagai makhluk ciptaanNya.
Kalau tindakan kasih itu membebaskan manusia dari ketakutan, maka itu menunjukkan pelakunya berada di dalam jalan terang. Berada di jalan terang berarti berada di bawah petunjuk. Dan itu artinya selalu berada di dalam arah yang benar, tidak tersesat. Arah yang benar menjamin perjalanan akan sampai pada tujuan.
Barang siapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang. Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan. Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya.
1 Yohanes 2 : 9 -11
*****
107
Demikianlah, Isa al-Masih menganugerahi aku dengan pelajaran-pelajaran hikmah yang tinggi. Aku dipertemukan dengan berbagai ayat Kitab Suci, dan roh kudus membantuku memahami ajaran-ajaranNya tentang kasih dan didorong mempraktekkannya. Dia memberi contoh, dan Dia adalah teladan bagi tindakan kasih.
Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.
1 Petrus 2 : 23
Kasih bukanlah suatu ketidakberdayaan, melainkan sebuah kekuatan. Ia adalah tindakan sadar. Kasih adalah tindakan yang lahir dari kesucian jiwa, dan kesucian jiwa merupakan buah dari ketaatan yang total kepada kebenaran. Dari tindakan kasih yang sadar itu, muncullah persaudaraan yang tulus ikhlas. Karena kasih yang dijalankan secara timbal balik itu di dasari oleh kesungguhan hati. Tidak ada dendam. Kasih adalah pemutus mata rantai kekerasan yang menghancurkan manusia, dan pada saat yang sama, ia adalah dasar bagi tumbuhnya tindak keadilan yang menguatkan manusia.
Karena kamu telah mensucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.
1 Petrus 1 : 22
108
Persaudaraan yang tulus ikhlas, yang lahir dari tindak saling mengasihi, membuahkan suatu kebersamaan, yang ditandai dengan langkah kesepakatan, seia sekata, seperasaan dan hubungan yang saling memberkati. Hubungan yang saling memberkati itu mesti dilandasi dengan kejujuran dan kebenaran. Menghindari kejahatan dan ucapan-ucapan yang menipu. Hal-hal inilah yang mesti dijalankan oleh mereka yang mencintai kehidupan dan ingin melihat hari-hari baik: hari-hari yang dipenuhi usaha bersama untuk mencari dan mendapatkan perdamaian. Ya, perdamaian! Semua ini bisa dicapai melalui pertolongan Allah, dan pertolongan Allah datang dari kasih dan perkenan-Nya. Kasih dan perkenan-Nya terwujud di dalam upaya kita menjauhi perbuatan yang jahat dan melakukan hal-hal yang baik.
Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Sebab siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya. Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang yang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat.
1 Petrus 3 : 8 -12
109
Kalau kita menjalankan kasih seperti yang diajarkanNya di atas, maka Dia akan mengasihi kita. Dia akan berdoa untuk kita, mendukung dan menguatkan kita, memenuhi kebutuhan kita, dan bahkan keinginan kita. “Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang yang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong.” Karena berbuat kasih kepada sesama manusia, dengan tulus seperti terhadap diri sendiri, adalah perwujudan dari kasih dan keimanan kita kepada ALLAH Yang Esa dan Bijaksana. Orang-orang yang berdiri di atas Kebenaran ini, otomatis menjadi bijaksana dan kebijaksanaan melahirkan keadilan dan kebaikan.
Demikianlah, kalau kedua hukum utama tersebut dijalankan oleh semua manusia di dalam suatu masyarakat atau bangsa, maka yang akan lahir adalah masyarakat dan bangsa yang merdeka, adil yang berdasarkan kebenaran dan kuat serta dikuatkan oleh Kuasa Tuhan. Karena Ia telah memberkati bangsa yang telah menjalankan Kehendak-Nya itu. Dua hukum inilah jalan pembebasan dan penyelamatan bangsa-bangsa, umat manusia seluruhnya …
“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.
Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.
Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.
Tinggalah di dalam Aku, dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
110
Akulah pokok anggur, dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang keluar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.
Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.
Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.
Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.”
Yohanes 15 : 1 – 12
Inilah buah terbaik dari pohon, yang pokoknya adalah Isa al-Masih serta dahan dan rantingnya adalah umat manusia yang saling bersaudara dalam kasih yang
111
mematuhi perintah-Nya. Pohon ini dipelihara dan dikelola oleh Kehendak dan Perkenan Tuhan Yang Esa.
112
Kisah 10
Beda-Tetap-Satu
Di awal buku aku sudah menyampaikan bahwa aku tak punya pilihan jalan lain kecuali menceritakan pengalaman ruhaniku dan menyampaikan pesan-pesan yang aku terima. Bukan karena terpaksa, tapi aku lakukan karena rasa cintaku yang besar kepada Allah, dan juga pada manusia seluruhnya, mengatasi penolakan rasio-ego sempitku terhadap pengalaman ruhaniku sendiri. Melalui Cinta, aku menjadi yakin dengan pengalamanku ini dan pesan-pesan yang aku peroleh di dalamnya. Dan merupakan bagian tak terpisahkan dari rangkaian pesan itu adalah bahwa aku diperintahkan untuk menyampaikannya kepada semua manusia.
Karena pesan-pesan ini bersumber dari Cinta, maka sudut pandangnya mestilah berpangkal pada kejernihan hati. Dengan kata lain, kacamata spiritual. Tanpa bersumber dari hati, maka pesan-pesan ini akan sulit dipahami, dan hanya melahirkan emosi. Oleh karena itu, urgensi awal dari penyampaian pesan ini adalah ajakan untuk membersihkan hati dan menjadikannya sumber penglihatan. Karena dengan bersumber pada hati yang bersih dan terbuka, maka Cinta akan bertansformasi menjadi energi hidup yang
113
membangkitkan pengetahuan mendalam dan tindakan yang menyelamatkan.
Demikianlah. Pesan Isa al-Masih selalu hadir dalam hidupku dan menjadi kegembiraan hatiku untuk terus menyampaikannya.:
“Sembahlah Tuhan, ALLAH kita, Tuhan itu Esa. Dan taatlah kepadaku. Akulah jalan kebenaran. Kasihilah sesama manusia seperti terhadap diri sendiri. Sampaikanlah semua yang kukatakan kepada semua umat.”.
“Aku ada di dalam Kristen yang benar. Juga Islam yang benar. Aku juga ada di semua agama-agama yang benar, yaitu yang menyembah kepada ALLAH yang Esa, taat menjalankan perintah-Nya dan membenarkan semua nabi-nabi yang diutus-Nya. Aku tidak pernah membawa agama, aku membawa kebenaran untuk semua umat manusia. ”
“Aku berkata kepadamu: Aku berada di semua umat yang menyembah Tuhan Yang Maha Esa, dan melakukan Firman-Nya, mengakui semua utusan-Nya. Sampaikanlah kepada semua umat, Aku berada di semua agama yang menyembah ALLAH Tuhan Yang Esa. Bersatulah kamu dalam kasih dan kebenaran, menjadi satu iman dari berbagai suku dan agama yang berbeda-beda. Inilah yang ALLAH kehendaki, dan Aku perintahkan”.
Isa al-Masih menyeru umat manusia kepada
114
kebenaran hakiki, yaitu memurnikan keimanan hanya kepada Allah semata, Tuhan kita Yang Esa. Satu. Artinya tidak ada yang menyamai-Nya. Pesan ini universal dan abadi, ditujukan kepada semua manusia, dan telah disampaikan oleh para nabi dan utusan Tuhan dari dulu hingga akhir zaman.
Isa al-Masih juga menegaskan hakekat kesatuan agama-agama. Perbedaan nama, sejarah, tata cara ritual maupun berpakaian, janganlah menyebabkan manusia lupa kepada hakekat yang disembahnya, yaitu Allah Tuhan Yang Esa. Dia mengajak semua agama yang berbeda-beda itu untuk “bersatu” di dalam satu keimanan, dan dengan demikian menghindari pertikaian, sekaligus memupuk-mengembangkan persaudaraan di dalam iman.
Tidak perlu lagi, sesama umat, untuk saling bertikai mempermasalahkan hal-hal yang tidak penting tentang Isa al-Masih, seperti soal lahir, wafat atau pengangkatannya. Cukuplah dikatakan bahwa di balik itu semua adalah Kekuasaan Tuhan dan selebihnya biarkan itu menjadi rahasia Tuhan. Hendaknya fokus perhatian manusia diarahkan kepada hal yang pokok, pasrah dalam keimanan kepada Allah dan kasih terhadap sesama manusia.
Semua pertentangan itu hanya akan menjadikan manusia semakin terpecah belah, terkotak-kotak secara sempit, dan menjadi bangsa yang lemah dan diperdayakan oleh setan. Manusia jadi lupa kepada Tuhannya, saling mencelakai satu terhadap lainnya. Akibatnya adalah kehancuran. Oleh karena itu yang paling penting bagi kita adalah mentaati segala pesan keimanan dan kemanusiaanNya secara utuh dan konsisten.
115
Demikianlah, melalui buku ini, pesan Isa al-Masih disampaikan secara apa adanya, dengan tujuan mempertautkan kembali persaudaraan antar umat beragama.Bahwa dalam keberbedaannya, mereka semestinya satu iman. Mengajak kita semua untuk selalu memperbaharui iman kita kepada ALLAH Yang Esa, menyembah-Nya secara tulus dengan segenap kekuatan, pasrah di dalam Kehendak-Nya dengan menjalankan perintah-perintah-Nya di dalam kehidupan sehari-hari. Berbuat baik, kasih terhadap sesama umat manusia seperti terhadap diri sendiri.
Demikianlah kesaksianku. Selanjutnya biarlah manusia dengan segala kebebasan dan tanggungjawab yang dimilikinya untuk memutuskan sendiri keyakinannya. Untuk menjadi golongan yang percaya atau ingkar, golongan yang bersaudara atau yang bertengkar. Setiap pilihan sikap mengandung konsekwensinya masing-masing, dan setiap konsekwensi mengandung perhitungannya masing-masing. Semua berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Dia mempunyai Kekuasaan dan Kehendak-Nya sendiri yang mutlak. Rencana-Nya pasti terjadi, tak ada yang dapat menghalangi-Nya.
116
Kesaksian Sahabat dan
Handai Taulan
Lies Hadi
Connie mengalami peristiwa trance itu di rumah saya. Dua hari saya menungguinya bersama kawan-kawan yang lain. Sehari di rumah saya yang di belakang dan kedua di rumah yang depan. Saya percaya karena melihat secara langsung. Awalnya saya menanggapi omongan-omongan dia secara wajar. Kami biasa curhat, jadi saya pikir dia sedang suntuk dan perlu teman berbagi. Lama-lama dia mulai berkhotbah, sesuatu yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Dia berpindah-pindah tempat sampai naik ke lantai atas rumah. Lalu dia menyebutkan hal-hal bersifat pribadi tentang diri saya. Dan perkataannya itu benar. Saya mulai curiga bahwa ada sesuatu yang bergolak dalam jiwa Connie. Luar biasa, karena selama dalam penglihatan saya, dia tidak tidur dan tidak makan, tetapi terus beraktivitas. Dan itu berlangsung selama enam hari.
Connie seorang teman yang murah hati. Kalau ada teman yang memerlukan bantuan, kalau dia ada, pasti segera membantu. Sejauh penglihatan saya bertahun-tahun berkawan, sikap itu dilakukannya secara tulus. Memang
117
begitu pembawaannya. Dia selalu berusaha bersikap baik kepada semua orang, tanpa melihat kedudukan dan status sosial. Kalau memerlukan minuman untuk tamu misalnya, dia akan mengatakan “Mbak, tolong ambilkan minum buat tamu, ya.”
Karena dia secara pribadi baik, saya percaya kalau dia merasa didatangi Isa Al-Masih dan menerima beberapa kebijakan. Saya selalu menganjurkan agar Connie jangan ragu dan bisa menerima hal itu dengan ikhlas.
Ermy Kullit
Saya hanya bisa menangis ketika Connie mengalami peristiwa itu. Saya belum pernah melihat orang yang trance, jadi aneh saja rasanya tiba-tiba dia seperti itu. Saya tidak tahu apa yang sebenarnya dia alami. Saya tidak mau menduga-duga karena saya memang tidak mengerti soal seperti ini. Saya kira hanya Connie yang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya dia rasakan saat itu. Saya hanya melihat bahwa dia seperti sudah gila. Dia omong macam-macam, mengamuk, marah-marah. Dia khotbah seperti pendeta.
Saya ‘terlibat’ dalam peristiwa itu karena salah satu tempat yang dipakai untuk menemani Connie saat itu terjadi adalah kamar pribadi saya. Saya dan Mbak Lies waktu itu tinggal dalam satu bangunan rumah. Saya di bagian atas dan Mbak Lies di bawah. Sehari semalam saya menemaninya bersama kawan yang lain. Saya menangis tersedu di sudut kamar karena merasa akan kehilangan seorang sahabat. Rasanya saya sudah kehilangan seorang Connie Constantia.
118
Connie itu seorang sahabat buat saya. Saya bersahabat dengan Connie sejak awal tahun 1980-an. Kami sama-sama penyanyi yang merantau di Jakarta. Kami kebetulan satu daerah asal, Manado. Ayah Connie bahkan sekampung dengan saya. Kami bisa berbagi dalam susah dan senang. Dia tak sekedar teman. Kami bisa saling terbuka dan mengingatkan. Kami bisa menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kami selalu bisa saling cek-ricek tentang informasi dan issu yang muncul di media-media hiburan, hingga sudut pandang kami bisa ketemu. Alhamdulillah, sampai hari ini kami bisa menjaga baik persahabatan itu.
Bagi Connie, apa yang diberikan Tuhan berupa harta, pikiran, tenaga, energi, tidak semua menjadi miliknya pribadi. Menurutnya, sebagian adalah ‘jatah’ orang lain yang disalurkan melalui dirinya. Dengan prinsip itu Connie sangat ringan tangan untuk membantu kesulitan teman-temannya. Dia akan menyediakan waktunya 1 x 24 jam untuk membantu seorang teman yang punya masalah pribadi. Dia mau menemani ngobrol selama itu sampai suatu jalan keluar yang terbaik bisa didapat. Melihat padatnya jadwal kerja dan kesibukan dia, kesediaan untuk berbagi seperti itu menurut saya luar biasa.
Saya bersama Vonnie Sumlang dan Connie membentuk Trio E, V ‘n C. Trio ini bagian dari ekspresi persahabatan kami. Ini trio yang lucu. Saya ini kaku, Vonnie lincah dan cenderung centil, serta Connie itu seksi. Kalau di atas pentas, kami berbagi peran. Karena gerakan tubuh saya kaku, saya selalu kebagian lagu yang slow yang tidak membutuhkan banyak gerakan. Lalu Vonnie dan Connielah yang bertugas menghangatkan suasana dengan kelincahan dan keseksiannya. Trio ini terbentuk karena secara tak
119
disengaja kami sering pentas bersama. Trio ini tidak pernah secara khusus diresmikan oleh karena itu tidak pernah pula dibubarkan.
Connie itu penyanyi yang memiliki tarif dan penampilan yang ‘mahal’. Sejak dulu dia begitu. Orang sering pikir-pikir untuk mengundang dia, melihat pakaian dan tas yang dia kenakan atau mobil yang dia kendarai. Itulah mungkin kelebihan yang dianugerahkan Tuhan kepada Connie. Dia bisa mengatur sendiri kapan album barunya akan beredar. Sekalipun demikian, Connie akan dengan mudah menyetujui pentas untuk acara-acara amal. Karena dia paling tidak tahan untuk membantu kesulitan orang lain.
Lusiana Nayoan (Uchi)
Saya kenal Connie kira-kira sejak tahun 1984. Kami terbilang sangat dekat, paling tidak secara fisik karena pernah bertahun-tahun tinggal serumah. Berawal dari pertemanan, saya kemudian bekerja untuk Connie, dan ikut tinggal di rumahnya di Vila Cinere Mas. Connie seorang yang selalu bersikap baik ke semua orang. Ia mudah iba pada penderitaan orang, selalu berusaha untuk jujur, dan sangat pemaaf.
Connie termasuk yang rajin beribadat. Setiap tiba waktu berdoa dia selalu menyempatkan waktu untuk itu. Dia juga secara rutin berpuasa. Kalau berdoa sering dia sampai menangis karena rasa syukur yang begitu dalam. Saya percaya bahwa Connie dipilih untuk menerima ‘sesuatu’ dari Tuhan, karena pribadi dia memang siap untuk itu. Perasaannya halus dan tajam.
120
Pernah juga suatu hari, kami (Saya, Connie dan Sandra) lewat di Jalan Sudirman. Kami melihat kerumunan orang layaknya sedang ada suatu pertunjukkan. Mobil dan motor yang melintasi jalan itu memperlambat jalannya, melihat kerumunan itu lantas berlalu begitu saja. Saat mobil kami sampai di kerumunan itu, ternyata telah terjadi kecelakaan sepeda motor. Seorang pengendara sepeda motor itu terkapar tak sadarkan diri dengan luka-luka yang parah. Tak seorangpun di situ yang mengambil tindakan, mereka hanya diam menonton. Melihat kondisi itu, spontan Connie menghentikan mobil dan memarkirnya di pinggir jalan dan langsung melompat turun dari mobil dan berjalan cepat ke arah korban kecelakaan. Tanpa pikir panjang, Connie langsung menggangkat orang yang sudah sekarat tersebut. Kemudian kami membantu Connie dan menyusul 2 orang lagi mengotong orang tersebut masuk ke dalam mobil mewahnya.
Orang yang berda di sekitar kejadian pada bengong dan bingung melihat kami, terutama melihat Connie. Mungkin dalam benak mereka berfikir kok orang seperi Connie, seorang artis dengan penampilan glamour mau mengangkat korban yang berdarah-darah dan tampak kotor dan memasukkannyya ke dalam mobil mewahnya. Tapi dia tak memperdulikan tatapan orang, dengan sigap ia menjalankan mobilnya, melaju dengan cepat menuju rumah sakit Dr Cipto, rumah sakit terdekat dengan tempat kejadian.
Setiba di rumah sakit, kami langsung menuju UGD. Rupanya pihak rumah sakit tidak bisa hanya menerima pasien begitu saja. Karena kami yang mengantar orang tersebut, maka kami pun harus bertanggung jawab dengan
121
biaya perawatannya. Lalu kamipun disuruh petugas rumah sakit untuk menandatangani sebuah surat pernyataan dan sekaligus diminta untuk membayar biaya perawatan. Tanpa ragu-ragu Connie langsung mengeluarkan KTP, Kartu nama sekaligus Kartu Kreditnya untuk menjamin semua biaya orang tersebut sampai sembuh. Setelah semua administrasi beres, Connie langsung berpesan kepada dokter dan perawat di rumah sakit tersebut untuk tidak memberitahu korban siapa yang telah menolongnya.
Apa yang aku lihat ini hanya sebagian kecil dari semua kebaikan yang pernah Connie lakukan. Dia selalu menolong dengan keiklasan, tanpa ingin dipuji. Bahkan sering orang yang dibantunya tak pernah tau kalau dia telah membantunya. Connie selalu memegang ajaran yang mengatakan “Apabila tangan kananmu memberi, sebaikknya tangan kirimu tak perlu tahu.” Connie selalu melakukan kebaikkan dengan Kasih Sayang yang tulus dari dasar hatinya.
Neni Pinontoan Lang
Connie sejak kecil sudah berpikir dan bekerja untuk keluarga. Ia berkerja apa saja asal kami, ibu-kakak-adiknya, bisa makan. Dia berdagang sayuran, jadi ballgirl, angkut batu dari kali, dan menyanyi. Terkadang saya tak bisa membayangkan apa yang Connie lakukan. Saya memang kakaknya, tetapi tak bisa seperti Connie. Kami mengakui Connie telah bekerja keras untuk keluarga.
Ketika peristiwa trance itu terjadi, kami sangat cemas. Kami merasa akan kehilangan Connie. Saat Connie
122
sadar dan terbangun seperti seorang bayi, kami pun memperlakukannya seperti melayani seorang bayi. Puji Tuhan, sungguh dia seperti bayi, dan kami terbawa suasana kelahiran baru.
Suatu hari, setelah peristiwa itu berlalu, kami tengah menunggu pesawat di bandara Changi Singapura. Tiba-tiba seorang warga China menghampiri kami. Setelah melihat kami ia lalu berkata kepada Connie, “Kamu diberkati Tuhan. Kamu tinggal duduk saja nanti uang akan datang sendiri. Kamu sudah menanam banyak sejak kecil, sekarang kamu tinggal memanen.”
“Amin,” kata Connie lirih. Kami terdiam mendengar ramalan itu. Ketika hendak bertanya lebih jauh, orang itu sudah berlalu pergi.
Nani Suratmo
123
_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar